Touring 500 Kilometer

Touring 450 KM

Maret 2012

Si besi terbang pun mendarat dengan mulus di Bandara Supadio. Si singa merah dengan perkasa menjelajahi angkasa, melintas di atas Laut jawa, terbang dari Jakarta menuju pulau Borneo, Pontianak tepatnya. Ya hari itu seperti biasa Fatih mengadakan kunjungan kerja berkeliling kota. Tugas dari perusahaan pemilik brand Wardah, harus dijalankan dengan penuh semangat kendatipun sampai harus mendekati batas negara Indonesia – Malaysia.

Untuk kesekian kalinya, Fatih harus mengunjungi kota Pontianak. Kalau biasanya kunjungan kerja hanya seputar Kota Pontianak saja, maka kali ini harus mengunjungi Sambas, bukan tanpa tujuan tetapi karena ada komplain keras dari toko di Singkawang. Kebetulan dia mendapat telpon dari Pak Nelhas kalau toko Khatulistiwa complain keras karena

“Assalaamualaikum” sapa Fatih kepada teman-temannya yang sedang sibuk berkoordinasi.

Seperti biasa 2 sales sedang membuat laporan panjer pekan sebelumnya, logistik dan pengiriman barang sedang melakukan serah terima barang, admin sedang membuat surat jalan sebagai pegangan driver di perjalanan.

“Waalaikumussalaam warahmatullaah” jawab operator logistik dan penghantaran yg sedang serah terima barang tepat di dekat pintu.

Tim sales yg baru keluar dari ruang admin pun ikut menyapa. Setelah berbasa-basi khas orang Indonesia, tiba-tiba salah seorang sales langsung berceloteh.

“Jadi kah kita ke Sambas?”tanyanya

“Hah, ke Sambas itu jauh banget kali, 200 kilo lebih dari Pontianak.” Ujar Sulsam menimpali

“Yah bang Sulsam, Ana mah biasa keliling Singkawang, Pemangkat, & Sambas”tukasnya

Admin Tie pun keluar dari ruangannya, mungkin mendengarkan perkataan kami.

“Eh Mas Fatih apa kabar? Benar kah ma uke sambas, kebetulan ada 1 paket barang yang harus dikirim ke sana” tanyanya sambal memohon agar bisa nitip barang ke sambas jika benar akan berangkat ke Sambas

“Iya, benar Mba Tie. Rencana mau langsung berangkat pagi ini begitu Mba Ana selesai laporan panjer & evaluasi penjualan”jawab Fatih.

“Mending naik mobil aja kalau mau ke Sambas, jauh kali bisa sampe 450 kilo Pontianak – Sambas PP. Soalnya sudah deket perbatasan negara Indonesia-Malaysia.”tambah Sulsam memberi saran

“Maunya sih gitu, tapi gak ada yang bisa nyetir. Motor kantor kantor 4 hari ke depan dipakai tak ?”tanya Fatih

“Gak dipakai kok Mas,”Jawab Sulsam

“Ok besok saya pakai 4 hari ya. Kita motoran sendiri-sendiri mba Ana. Kita berangkat bareng, pulang dari Singkawang ke Pontianak, saya naik motor sendirian” usul Fatih dengan penuh semangat

“Okelah mas”jelas Ana

Fatih dan Ana pun berangkat bersama lewat jalur pintura. Jalur pantura adalah jalan utama di pinggir pantai dari Pontianak menuju sambas. Daerah yang dilewati meliputi Mempawah, Sungai Duri, SIngkawang, dan Pemangkat. Perjalanan Pontianak-Mempawah ditempuh dalam waktu 2 jam sementara ke Singkawang memerlukan waktu 3,5 jam. Dan sampai sambas membutuhkan waktu 3 jam, jadi perjalanan Pontianak-Sambas membutuhkan waktu total sekitar 6,5 jam.

Jangan bayangkan jalan yg dilalui padat kendaraan, tetapi justru sangat sepi sekali. Mereka memacu motornya dengan kecepatan 100 KM/jam. Walaupun di sebelah kiri jalan adalah pantai, jangan bayangkan pantainya seperti pantai di pulau Jawa. Pantai di Kalimantan Barat berwarna cokelat tua.

Hari pertama mereka memutuskan hanya mengunjungi 1 toko Khatulistiwa karena waktu yang terbatas. Ada 3 toko besar yg harus dikunjugi selama 3-4 hari.

Bersambung…..

Adab Berjalan Kaki Menurut Ajaran Islam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA–Suatu hari Khalifah Umar bin Khattab RA melihat seorang pemuda berjalan seperti orang sakit. Lalu, Umar pun bertanya kepada pria itu, “Apakah engkau sedang sakit?” Pemuda itu menjawab, “Tidak.” Mendengar jawaban itu, Umar mengangkat cambuknya dan memukul pemuda itu. Ia lalu memerintahkan anak muda itu untuk berjalan dengan tegap. Dalam sebuah hadis dari Anas bin Malik dikisahkan Rasulullah SAW telah memberi contoh berjalan yang baik. “Sesungguhnya Rasulullah SAW berjalan dengan tegar.” (HR Muslim). Ketika berjalan, Nabi Muhammad SAW mengangkat kedua kakinya tinggi-tinggi karena beliau berjalan dengan tegap. Saking tegapnya, Nabi SAW seakan-akan berjalan dengan bertumpu pada pangkal telapak kakinya. Rasulullah berjalan dengan tegap, tak loyo dan tak seperti berjalan orang sakit atau perempuan. Kemampuan berjalan merupakan karunia yang diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya. Kisah di atas menggambarkan bahwa Islam pun mengatur tata cara atau adab berjalan yang baik. Setiap Muslim apabila sedang berjalan untuk sesuatu urusan diharuskan menjaga adab berjalan. Lalu seperti apakah adab berjalan yang diajarkan Islam itu? Syekh Abdul Azis bin Fathi as-Sayyid Nada secara rinci menjelaskan adab berjalan dalam kitabnya Mausuu’tul Aadaab al Islamiyah yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia Ensiklopedi Adab Islam Menurut Alquran dan Sunah. Berikut adalah adab berjalan sesuai tuntunan Islam: Pertama, niat yang benar. Seorang Muslim hendaklah berniat yang benar ketika hendak berjalan. Niatkan berjalan itu untuk tujuan yang baik itu sebagai ibadah dengan mengharapkan ridha dari Allah SWT. “Apabila berjalan hendak ke masjid, niatkan untuk beribadah kepada Allah. Jika berjalan untuk bekerja, niatkan untuk mencari rezeki yang baik dan halal untuk keluarga,” tutur Syekh Sayydi Nada. Bahkan, ketika akan berjalan untuk suatu permainan yang diperbolehkan, kata dia, hendaklah berniat untuk mencari penyegaran agar jiwa kembali segar dan bersemangat untuk beribadah. Menurut Syekh Sayyid Nada, dengan menghadirkan niat yang benar, maka akan mencegah seorang Muslim dari berjalan untuk sesuatu yang haram. Kedua, tak berjalan untuk suatu yang haram. Sesungguhnya, kedua kaki akan memberi kesaksian berbicara pada hari kiamat. Untuk itu, hendaklah menghindar dari berjalan untuk sesuatu yang dilarang agama. Sebab, setiap ayunan langkah kita menuju sesuatu yang diharamkan akan berbuah dosa. Ketiga, bersikap tawadhu dan tak sombong ketika berjalan. Ketiga, bersikap tawadhu dan tidak sombong. Allah SWT berfirman dalam Alquran Surah Al Israa ayat 37: “Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” Dalam surah Lukman ayat 18, Allah SWT berfirman: “… Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi de ngan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” Ibnu Katsir mengingatkan agar seorang Muslim membanggakan diri, sombong, takabur dan keras kepala, karena Allah akan murka. Keempat, berjalan normal. Hendaklah seseorang berjalan normal, yakni pertengahan antara berjalan terlalu lambat dan terlalu cepat. Ibnu Katsir menjelaskan, berjalan normal adalah berjalan secara biasa. Tidak terlalu cepat dan tak terlalu lambat. “Pertengahan di antara ke duanya.” Kelima, tak menoleh ke belakang. Dalam Shahiihul Jaami dikisahkan bahwa Nabi Muhammad SAW apabila berjalan tidak menoleh ke belakang. Menoleh ke belakang saat berjalan dapat membuat seseorang bertabrakan, tergelincir serta bisa juga dicurigai oleh orang yang melihatnya. Keenam, tak berpura-pura lemah ketika berjalan. Berpura-pura lemah ketika berjalan dengan maksud untuk dilihat orang lain dilarang dalam Islam. Selain itu, juga tak boleh berpura-pura sakit ketika berjalan, karena dapat mengundang kemarah an Allah SWT. Ketujuh, berjalan dengan kuat. Setiap Muslim harus berjalan dengan tegap seperti yang dicontohkan Nabi SAW. Menurut Syekh Sayyid Nada, cara berjalan seperti Rasulullah SAW lebih dekat kepada roh Islam. “Mukmin yang kuat lebih dicintai Allah SWT, dibandingkan mukmin yang lemah,” tuturnya. Kedelapan, menghindari cara berjalan yang tercela. Contoh berjalan yang tercela itu antara lain; berjalan dengan sombong dan takabur, berjalan dengan gelisah dan gemetaran; berjalan dengan loyo seperti orang sakit; berjalan meniru lawan jenis; berjalan terburu-buru dan terlalu cepat; serta berjalan seakan-akan melompat. Kesembilan, tidak berjalan dengan satu sandal. Rasulullah SAW bersabda, “Apabila salah seorang dari kalian memakai sandal, maka hendaknya memulai dari yang kanan. Apabila ia melepasnya, maka mulailah dari yang kiri. Pakailah kedua-duanya atau lepaskanlah kedua-duanya.” Kesepuluh, bertelanjang kaki sesekali waktu. Bertelanjang kaki termasuk tanda tawadhu di hadapan Allah SWT. Dalam sebuah hadis disebutkan, “Nabi SAW memerintahkan kami agar kadang kala bertelanjang kaki.” (HR Ahmad, Abu Dawud dan an-Nasa’i). Menurut Syekh Sayyid Nada, bertelanjang kaki adalah perkara yang baik, syaratnya tidak terdapat najis pada tanah serta sesuatu yang dapat menyakiti kedua telapak kaki.

Sumber : http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/islam-digest/10/07/10/124133-adab-berjalan-kaki-menurut-ajaran-islam

Komitmen Shalat Berjama’ah di Masjid

Aku berlindung dari godaan syaithan yang terkutuk

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Mulai 21 Rajab 1431 Hijriyah atau 5 Juli 2010 Miladiyah, saya akan berkomitmen shalat berjama’ah di Masjid dan sedapat mungkin tidak tertinggal takbir pertama hingga 30 Sya’ban 1431 H atau 10 Agustus 2010 M.

Semoga Allah memberikan kekuatan dan keistiqomahan pada diri yang lemah ini. Amiin

bank – kit !!!

“Kegagalan itu seperti luka di lutut. Sakit sekali memang, tetapi akan cepat sembuh dengan sendirinya”

“Cukup gagal sekali saja, tetapi tidak untuk yang kedua kalinya”

Saatnya meninggalkan medan kata-kata menuju medan amal nyata

Posting perdana, alhamdulillah…

Menulis itu ternyata mengasyikkan. Mungkin itu yang aku rasakan selama ini walaupun saat ini masih dalam tahap belajar. Kita bisa menumpahkan segala keluh kesah hidup ini. Dan yang terpenting adalah bagaimana supaya pemikiran-pemikiran kita tidak hanya mengendap di dalam otak karena banyak sekali ide yang sering menari-nari dalam pikiran kita.

Menulis berarti menyambung mata rantai sejarah. Oleh karena itu tidak mengherankan jika banyak tokoh-tokoh besar nasional mengabadikan pengalaman hidup dan pemikiran mereka dalam bentuk tulisan. Siapa yang tidak kenal Soekarno, Moh. Hatta, BJ Habibie, Amien Rais, dan Hamka, tokoh-tokoh besar Indonesia yang juga tidak lepas dari dunia tulis-menulis. Mungkin mereka hanya akan hidup dalam waktu yang singkat, akan tetapi mereka yakin bahwa pemikiran-pemikiran mereka suatu saat nanti akan memberikan kontribusi bagi perkembangan peradaban manusia. Dalam sebuah organisasi, tulisan tidak dapat dipungkiri lagi keberadaannya. Segala peristiwa yang terjadi dalam satu kepengurusan bisa dijadikan acuan untuk bergerak bagi kepengurusan selanjutnya. Mungkin catatan peristiwa tersebut bisa berbentuk lisan dari mulut ke mulut. Akan tetapi apakah lisan bisa menjamin bahwa catatan sejarah tersebut bisa bertahan lama dan tetap orisinil. Untuk menjaga orisinalitas dan memperpanjang life timenya, maka dibuatlah dokumen yang salah satunya dalam bentuk tulisan.

Blog ini berisi tulisan-tulisan baik pemikiran ataupun pengalaman hidupku. Mudah-mudahan apa yang tersaji di blog ini bisa bermanfaat bagi aku, pembaca, masyarakat, bangsa dan negara. Selain bidang teknologi khususnya teknik kimia aku juga tertarik diskusi masalah politik, sosial budaya, sejarah, lingkungan hidup, pendidikan, ekonomi, ideologi, hukum/fiqh ibadah. ”Tahu umum, ahli di bidangnya”

Terakhir, aku minta maaf jika ada tulisan yang menyinggung pembaca sekalian. Aku hanyalah manusia pembelajar yang bisa berbuat salah dan akan berusaha untuk mengoreksi dan tidak mengulangi kesalahan itu lagi. Bagi pembaca, mohon tidak memberikan komentar yang berisi penghinaan dan pelecehan. Blogger akan menghapus komentar-komentar yang tidak pantas dimuat menurut tolak ukur blogger.

Untuk Allah, Bangsa, dan Almamater. Merdeka!

”Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain”