Menjadi Presiden RI (Republik Individu)-Edisi 10 kali Tes SIM

Stop-Suap

Pemilihan presiden telah 6 bulan berakhir. Sesuai hasil yang dirilis KPU, pasangan Jokowi-JK unggul dibandingkan pasangan Prabowo-Hatta. Lima tahun adalah masa Presiden Jokowi mengemban amanah dan memenuhi janji-janji memperbaiki Indonesia selama kampanye.

Pertempuran dalam rangka memilih Presiden RI mau tidak mau memang harus terjadi. Kendatipun kedua pasangan memiliki tujuan yang sama yaitu memajukan Indonesia melalui slogan-slogan masing-masing yaitu “Indonesia Hebat” maupun “Indonesia kuat”, misi yang ditempuh berbeda-beda. Makanya kemudian ada pemilihan presiden karena kedua belah memiliki pandangan yang berbeda tentang cara memperbaiki dan memajukan Indonesia.

Lantas, apakah memajukan Indonesia harus menjadi seorang Presiden ? Jawabannya tentu saja tidak. Sebagai rakyat jelata pun seharusnya kita punya keinginan untuk memperbaiki Indonesia. Tentu sesuai dengan kemampuan masing-masing. Seorang pengusaha mungkin bisa dengan tidak memanipulasi pajak sehingga pajak yang dibayarkan kepada negara bisa digunakan untuk pembangunan. Seorang guru bisa mendidik siswa/i melalui keteladanan sehingga dihasilkan manusia-manusia yang cerdas secara intelektual maupun tingkah laku. Aparat penegak hukum menegakkan hukum tanpa pandang bulu apakah pejabat atau rakyat biasa.

Lalu, jika kita tetap tidak merasa tidak mampu memperbaiki Indonesia, apa yang harus kita lakukan ? Minimal kita tidak menambah rusak bangsa Indonesia. Jika kita diberikan pilihan melakukan 100 kebaikan dan kita tidak sanggup, maka jangan tinggal 100 kebaikan tersebut tetapi pilihlah salah satu yang kita mampu. Contohnya adalah mendapatkan Surat Ijin Mengemudi (SIM) tidak melalui ‘jalur belakang’.

Saya pernah ikut tes sampai 10 kali sampai akhirnya berhasil mendapatkan SIM C dan SIM A dengan rincian tes teori sebanyak 3 kali kemudian tes praktek SIM C 4 kali serta tes praktek SIM A 3 kali. Dan biaya yang dikeluarkan ternyata hanya Rp 100 ribu untuk SIM C dan Rp 120 ribu untuk SIM A, jauh lebih murah dibandingkan melalui perantara yang bisa mencapai 3-4 kalinya. Sampai-sampai kepala bagian pembuatan SIM Polda Magelang bilang “Hebat dan tabah sekali ya ikut tes praktek. Bagus-bagus. Kamu yang kemarin sore itu latihan tes di samping tha”. Ada juga salah satu polisi yang ternyata saya baru ngeh kalau dia adalah tetangga saya sendiri yaitu Pak Agung bilang “Kamu kok sabar banget ya ikut tes sampai berkali-kali”. Saya saya senyum sembari menimpali “Lha wong Pak Angga, salah seorang polisi yang terus menyemangati saya untuk tes SIM tanpa ‘jalur belakang’, ngajari hal-hal yang harus disiapkan supaya lulus tes kok Pak” 🙂

Saya yakin setiap polisi pada dasarnya punya niat yang baik. Saya yakin mereka mau memperbaiki diri dan mau mendukung orang-orang yang berbuat baik. Adapun sebagian orang yang menjelek-jelekkan kepolisian menurut saya pribadi adalah orang-orang yang tidak optimis bahwa kepolisian sudah rusak dan tidak menjadi baik. Mereka berpandangan demikian karena memang sudah sedemikian parahnya kepolisian. Wajar juga sih, Saya juga pernah punya pengalaman dari seorang teman yang mengurusi kasus penggelapan uang di perusahaan tempat dia bekerja senilai sekitar 80 juta, eh ternyata pihak kepolisian minta 50% atau sekitar 40 juta. Setelah dinego akhirnya pihak kepolisian bersedia mendapatkan 30% saja atau 24 juta. Bahkan sang lawyer yang ditanya oleh teman saya tersebut sampai berkata,”Yah, beginilah cara untuk berperkara di kepolisian”. Kita sebagai warga negara yang baik, yang bukan anggota kepolisian, sudah seyogyanya yakin dan optimis bahwa kepolisian bisa menjadi baik seburuk apapun citra kepolisian di mata masyarakat.

Berikut-berikut tips-tips agar bisa lolos tes SIM :
1. Persiapkan bahan untuk dipelajari dalam tes teori SIM
Dalam tes teori SIM baik SIM A maupun SIM C ada 30 soal yang diujikan. Peserta tes harus menjawab benar minimal 21 soal atau 70. Soal-soal yang diujikan meliputi soal tentang cara berkendara di jalan raya dengan mengikuti rambu-rambu lalu lintas maupun petunjuk polisi. Kita diminta untuk menjawab Benar atau Salah untuk setiap soalnya. Waktu yang diberikan pun hanya 30 menit untuk 30 soal. Peserta diwajibkan untuk menekan tombol benar atau salah dari setiap soal yang ditampilkan di layar.

Saya sampai mengikuti 3 kali karena ketinggalan tes saat ijin ke kamar kecil, tertipu oleh soal-soal yang menjebak sehingga hanya mendapatkan nilai 46,67, dan berhasil saat tes yang ketiga kalinya dengan nilai 76,67. Saat tes teori ini diikuti oleh 12 orang dan hanya 3 orang yang lolos dengan nilai minimal 70. (tertinggi kedua) Nilai tes sempat ditampilkan sekilas di layar. Saat hasilnya diprint, ternyata nilainya jadi berubah. Yang membuat aneh adalah saya hanya mendapatkan 70 dan peserta yang lolos menjadi 9 orang. Saya pun hanya bergumam, pantas saja ada ‘jalur belakang’ lha wong sistem penilaian saja tidak dikunci. Saya cuek saja, yang terpenting tidak ingin terbujuk oleh rayuan setan agar ikut lewat ‘jalur belakang’.

Contoh soal-soalnya bisa dipelajari dari link berikut :
http://perbanyakmembaca.blogspot.com/p/blog-page_9472.html
http://asze25.blogspot.com/
http://ujiansim-online.blogspot.com/2014/11/soal-tes-ujian-teori-sim-b-1-b-2-c.html
http://examsworld.us/soal-ujian-sim-dan-kunci-jawabannya.html

2. Tes Praktek SIM C
Tes praktek SIM C bisa dibilang sulit karena saya sampai 4 kali tes. Tes pertama gagal karena tidak diberi kesempatan untuk mencoba motor mengingat waktu yang terbatas karena pesertanya mencapai 9 orang dan tidak ada satupun peserta yang berhasil. Tes kedua saya dianggap gagal padahal saat tes tidak terjatuh, usut punya usut ternyata ban depan motor menyerempet garis yang tidak terlihat. Kemudian tes yang ketiga gagal karena motor memang tidak akan bisa digunakan untuk melewati rintangan berdasarkan penuturan polisi. Saya baru ngeh karena polisi ternyata tidak memberikan contoh dan dengan jujurnya mengakui bahwa dirinya juga tidak akan lulus tes menggunakan motor yang saya kendarai. Dan tes keempat alhamdulillah berhasil setelah sore hari sebelumnya saya latihan didampingi adik. Mungkin karena merasa kasihan dengan saya, pak polisinya juga memberikan tips agar berhasil melewati rintangan yaitu saat berputar jangan menambah gas 🙂

Track untuk tes praktek SIM C bisa dilihat dalam link :

3. Tes Praktek SIM A
Karena berhasil lolos tes praktek SIM C, akhirnya saya menawarkan diri untuk langsung tes SIM A. Dan ternyata tes prakteknya jauh lebih sulit dibandingkan tes SIM C. Tes praktek sim A meliputi :
– Tes berjalan maju
– Tes berjalan mundur
– Tes zig-zag maju dengan jarak antar patok panjang mobil ditambah 1 meter
– Tes zig-zag maju dengan jarak antar patok panjang mobil ditambah 1 meter
– Tes naik turun tanjakan lengkap dengan rambu-rambunya
– Tes parkir maju
– Tes parkir mundur
– Tes parkir di bahu jalan dengan panjang patok panjang mobil ditambah 1 meter.

Track yang harus dilewati dalam tes praktek SIM A bisa dilihat dalam link berikut :

Dan saya harus tes sampai 3 kali alhamdulillah baru berhasil. Tes pertama gagal saat zig-zag maju, tes kedua gagal saat zig-zag mundur, dan tes ketiga alhamdulillah berhasil walaupun sempat ada perdebatan di antara 2 polisi yang mengetes. Saat tes yang ketiga dan tinggal melewati 2 patok terakhir, polisi pertama yang jauh dari mobil meminta belok sementara polisi yang menemani saya di mobil meminta untuk lurus. Alhasil polisi pertama menyatakan tidak lulus. Karena merasa instruksi tidak jelas, saya protes dan akhirnya diluluskan. 🙂

Akhirnya saya mendapatkan SIM A dan C setelah perjuangan 10 kali tes. Anugerah tambahan lagi, saya mendapatkan kenalan alumni UGM yang bekerja di Enseval dan banyak ngobrol soal pekerjaan yang kebetulan berkaitan dengan bidang distribusi yang saat ini saya geluti. Alhamdulillah.

Dari perjuangan 10 kali tes SIM tersebut, saya mendapatkan banyak pelajaran berharga di antaranya :
– Lebih mengetahui peraturan rambu-rambu lalu lintas sehingga menjadi lebih berhati-hati di jalan dibandingkan sebelum ikut tes.
– Mengetahui kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki.
– Biaya lebih murah karena untuk pembuatan SIM A dan C normalnya membutuhkan 1 juta tetapi saya hanya menghabiskan biaya 220 ribu.
– Mendapatkan kenalan teman yang bekerja di Enseval
– Ikut memajukan bangsa Indonesia minimal dari hal yang sederhana yaitu tidak menambah rusak kepolisian
– Melatih kesabaran yang sangat ekstra karena sempat 3 kali dikerjain. Kesabaran dan saling memahami merupakan kunci keselamatan utama berkendara di jalan raya. Terbukti walaupun ada yang mempermainkan saya tetapi ada seorang polisi yang mendukung saya yaitu Pak Angga. Saya doakan semoga Pak Angga menjadi Kapolres Magelang yang berintegritas.
– Puas karena SIM yang saya peroleh adalah hasil kerja keras.
– Tenang jika di akhirat nanti ditanya oleh malaikat munkar dan nakir karena menolak untuk membuat SIM lewat ‘jalur belakang’. Hehe…

Walaupun harus bersusah payah, ya memang seperti itulah jalan menuju perbaikan selalu penuh onak dan duri. Tidak ringan tetapi jika berhasil mengatasinya maka rasanya nikmat dan puas sekali. Seburuk apapun citra kepolisian di mata masyarakat, kita jangan sampai ikut terpancing dan tidak boleh pesimis bahwa kepolisian akan menjadi lebih baik. Sebagai rakyat biasa, kita harus tetap optimis untuk masa depan kepolisian dan Indonesia yang lebih baik. Semoga kelak Kepolisian Republik Indonesia diisi oleh pejabat-pejabat yang berintegritas. Aamiin. Save Polri !!!

# Berdo’a semoga kelak memiliki anak yang menjadi polisi dan menjadi teladan banyak orang