Menghidupkan Agama, Membangun Bangsa

Menghidupkan Agama, Membangkitkan Bangsa

Saat berbagai kesempatan naik taksi online, saya selalu meluangkan waktu untuk ngobrol dengan sopir sekedar belajar membaca pemikiran dan karakter orang lain. Kenapa ? Karena bagi saya, orang adalah sumber inspirasi. Saya teringat dengan konsep design thinking yang menekankan human centered design. Dengan begitu, saya bisa menyerap ilmu kebaikan dari setiap orang yang saya jumpai. Di situlah hakikat hikmah dan iqro, membaca konsep kehidupan seperti perintah ayat Al Quran QS Al-’Alaq : 1 di mana obyek (maf’ul) tidak disebutkan sehingga yang dibaca tidak hanya sebatas buku atau tulisan tetapi konsep kehidupan. 

Topik-topik yang saya diskusikan biasanya hal-hal kebiasaan sehari-hari seperti makan, petualangan merantau, pekerjaan, obyek wisata dan sejenisnya. Jadi topik-topik yang ringan dan sederhana. Sangat jarang saya mendiskusikan masalah bangsa dan topik-topik yang berat lainnya. 

Dalam kesempatan mengambil mobil di bengkel di Madiun, saya berkesempatan bertemu dengan seorang driver taksi online yang beragama kristen. Awalnya obrolan hanya ringan-ringan saja. Dia menceritakan aktivitas merantau sampai Magetan padahal aslinya berasal dari Bekasi. Istrinya juga bukan berasal dari Magetan dan sekitarnya. Ternyata dia cerita kalau lulusan S1 Teknik Sipil dan saat itu sebagai tenaga proyek tol Ngawi – Solo. Setelah proyek selesai, dia tidak mendapatkan pekerjaan lagi sehingga memutuskan untuk menjadi driver online. 

Singkat cerita, obrolan mengalir begitu saja membahas topik yang sangat berat yaitu perbaikan bangsa. Banyak orang yang bilang “Gimana mau mengurus bangsa, mengurus diri sendiri saja sudah pusing”. 

Entah bagaimana caranya tiba-tiba obrolan nyambung tentang Jepang. Mayoritas Jepang menganut agama shinto, alam semesta sebagai Tuhan. Karena saya pernah tinggal 2 pekan di Jepang & merasakan sendiri atmosfer lingkungan di sana, keberadaan Tuhan bagi mereka sangat penting. Buang sampah di sembarang tempat, menghancurkan alam, tidak merawat semua yang ada di lingkungan dianggap sebagai tindakan menyakiti Tuhan. Datang telat, dianggap menyakiti orang lain dan menyakiti Tuhan. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan selama beberapa kali naik MRT, LRT, maupun kereta shinkansen di Jepang, kedatangan dan keberangkatan kereta selalu on time. Jalan-jalan bahkan lebih bersih dari rumah saya 🙂 Ya, karena filosofisnya tinggi sekali. Mereka menganggap aktivitas mereka walaupun kecil maka berpengaruh ke Tuhan mereka. Mereka ingin Tuhan mereka bahagia. Walaupun tidak sedikit juga karena faktor budaya saja mereka menjalankan aktivitas-aktivitas kebaikan tersebut. 

Lalu obrolan beralih ke Indonesia, kenapa bisa terjadi begitu banyak permasalahan, bahkan untuk sekedar berprestasi ikut Piala Dunia saja tidak bisa. Akhirnya obrolan mengerucut pada 2 permasalahan utama yaitu 1) Pendidikan 2) Ekonomi 3) Ketiadaan Tuhan dalam aktivitas sehari-hari.

Ada masalah besar pendidikan di Indonesia yang ternyata kami berdua merasakan hal yang sama. Sekolah dari SD, SMP, SMA, & bahkan sampai kuliah ternyata isinya hanya belajar dan ujian. Beda dengan di Jepang atau negara-negara maju, jenjang pendidikan sangat jelas tujuannya. TK fokus di Manajemen Diri, SD mempelajari alam sekitar, SMP menemukan dan mengembangkan potensi / passion / bakat, SMA merancang karir masa depan, & kuliah membangun dan mematangkan core skill diri. Kami memandang sekolah selama 16 tahun memboroskan waktu kalau tidak ada output karakter yang jelas di setiap jenjang haha

Karena dia memulai pembicaraan politik duluan, maka saya juga berbagai pengalaman guru saya mau jadi Wakil Bupati harus mengeluarkan uang 1,2 Milyar (teman saya sekarang ada yg jadi kepala desa saja sudah habis 1,5 Milyar hehe), ada yg menjadi anggota DPR dan membongkar kasus korupsi sesama anggota DPR dengan melaporkan ke KPK ternyata dikucilkan oleh teman-temannya sesama anggota DPR, lalu mertua saya pernah menjadi pengurus DPD salah dua partai besar di Indonesia (konon dulu sering nemani Ibu Presiden blusukan sebelum jaman reformasi) niatnya ingin bermanfaat dan silaturahim dengan orang-orang baik, nyatanya gagal menjadi aleg hanya karena tidak mau main money politics dan sampai detik ini mengarahkan saya untuk tidak terjun di politik praktis. Tambah runyam dan madsu aja bangsa ini haha

Saya menceritakan tantangan yang dihadapi umat islam ternyata dia pun mengalami masalah yang mirip-mirip.

Akhirnya kami berdua terdiam cukup lama, pusing kayaknya hehe. Akhirnya abang driver memulai “Yang terpenting kita bisa menjadi orang yg lebih baik saja, walaupun hanya cukup untuk memberi makan keluarga sendiri saja”. Aktivitas harus dibawa ke Ketuhanan. Agama harus menjiwai setiap aktivitas karena pada dasarnya Agama menghendaki kebaikan. Kalau umatnya belum baik dengan membawa Agama tertentu, maka pada dasarnya yg salah adalah orangnya, bukan agamanya. Jangan-jangan belum menjadikan agama & Tuhan sebagai inspirasi atau justru malah melawannya. Agama bukanlah candu tetapi penyemangat untuk menjadikan diri lebih baik di setiap saat dan setiap tempat. Mungkin kalau sudah selesai urusan pribadi dan keluarga, bisa memberikan manfaat untuk masyarakat dan pastinya kalau individu-individu baik yang menjadikan berani atau takut karena Tuhan Allah YME yang banyak ini berkumpul, akan lahir pemimpin-pemimpin yang amanah.

Obrolan akhirnya ditutup dengan sejarah Pancasila yg menjadi kesepakatan founding fathers negara dengan agama dan suku yang beraneka ragam tetapi semuanya bisa bersatu. Sama seperti Piagam Madinah yang dicetuskan sebagai konsitusi pertama di dunia yang diterapkan oleh Rasulullah untuk mengatur berbagai kabilah dan agama yang ada di Madinah saat itu. Pancasila yang tidak perlu mengaku-ngaku “Aku Pancasila, Aku Setia Pancasila” tapi terwujud dalam aktivitas kita sehari-hari sehingga bisa semakin menguatkan 1) Ketuhanan dalam keseharian 2) Pendidikan yang membentuk pribadi berkarakter lebih baik dan sekaligus inspirasi untuk membangun 3) Ekonomi setiap orang dewasa di Indonesia.

Dalam kebingungan dan keputusasaan masa depan bangsa, ternyata obrolan singkat 30 menit bisa membuka cakrawala berpikir saya. Perbedaan agama dan suku ternyata bisa disatukan selama niatnya karena Tuhan dan untuk belajar. Mungkin seperti ini dulu Rasulullah membangun bangsa lewat Piagam Madinah serta pendiri bangsa Indonesia bersepakat dalam Pancasila, bersepakat dalam persatuan dan toleransi dalam perbedaan.

Te

Saya jadi teringat kata-kata inspirasi dari Buya Hamka :”Iman yang telah menghujam ke dalam hati akan memperteduh pendirian seseorang, tidak ada yang mampu mengalahkannya dengan cara apapun, karena ia memiliki sandaran yang kuat yaitu Tuhan Allah SWT. Ia tidak gentar mengatakan kebenaran walaupun konsekuensinya nyawa melayang”

Magetan, 28 Juni 2021

Dari Kota Bahari ke Kota Gadis

Alun-alun kota, 7 Oktober 2014

“Allahu Akbar, Allahu Akbar”

“Allahu Akbar, Allahu Akbar”

“Asyhadu An laa ilaa ha illallah”

……

“Hayya ‘alal falah”

“Allahu Akbar, Allahu Akbar”

“Laa ilaa ha illallah”

Suara adzan Isya terdengar merdu, menenangkan hati setiap muslim yang ingin mendekatkan kepada Rabb-Nya. Fatih, seorang karyawan PT Paragon Technology & Innovation dengan salah satu brand Wardah-nya, sedang mengembara di Kota Bahari, julukan kota Tegal, terlihat khusyuk mendengarkan dan menjawa adzan karen memang sedang mengalami kebingungan dan membutuhkan ketenangan. Selama 2 pekan terakhir di DC Tegal, memang dia sering mengernyitkan dahi, memutar otak agar rencana kerjanya berjalan dengan lancar. Dia lantas menunaikan shalat isya berjamaah di Masjid Agung Tegal.

Agenda padat harus segera diselesaikan, hari ini atau tidak sama sekali. Hari Selasa 7 Oktober malam dia masih berada di Tegal memastikan pembukaan Distribution Centre (DC) Tegal lancar, sementara hari Sabtu, 11 Oktober harus sudah menginjakkan kaki di Kota Gadis, julukan kota Madiun, untuk melangsungkan akad nikah pernikahan. Belum berhenti sampai di situ, hari Rabu pekan depannya harus melangsung resepsi pernikahan di Magelang dan dilanjutkan hari Sabtu di pekan yang sama harus sudah di Bogor untuk melangsungkan Meeting Nasional.

Yang membuat penuh ketidakpastian adalah proses pembukaan DC Tegal ternyata tidak berjalan dengan lancar. Internet yang sudah dipasang sejak sepekan yang lalu ternyata belum bisa digunakan untuk memproses transaksi penjualan. Alhasil banyak sekali orderan toko yang belum bisa dicetak dan banyak toko yang komplain kepadanya. Belum lagi tim penghantaran yang tiba-tiba mengundurkan sehingga semakin menambah ‘seru’ perjuangannya.

Malam itu Fatih ditemani Azar, seorang pria lajang yang penuh semangat, menikmati sajian angkringan alun-alun kota. Sate telor puyuh menjadi santapan favoritnya. Dia lahap satu per satu dan tidak terasa sudah menghabiskan 7 tusuk sate. Sego kucing dan mendoan hangat menambah nikmatnya suasana di malam itu. Ditambah wedang jahe, maka semua masalah serasa berhibernasi, pikiran menjadi rileks sehingga bisa mendapatkan solusi atas semua permasalahan yang dihadapi.

“Azar,  kamu kapan nikah ?” tanya Fatih kepada Azhar

“Belum Mas. Masih pengin nyenengin orang tua” jawabnya dengan ekspresi datar, ciri khasnya.

Pernah suatu hari seorang tim promosi mencandainnya “Mas Azar, I love you”. Jawabannya pun sangat datar sekali,”Saya tidak suka kamu”. Dan semua orang yang ada di sekitarnya pun tertawa. Hal-hal seperti ini yang membuat teman-teman kerja di kantor DC Tegal betah di kantor DC karena banyak hiburan dan candaan datar keluar darinya.

“Gak pengin nyenengin calon istri juga dengan menikah?,” Canda Fatih kepadanya

“Gak Dulu Mas,” jawabnya singkat pada jelas

“Zar, ngomong-ngomong kamu ngapain kerja di perusahaan yang kantornya saja rumah biasa ? Padahal kamu lulusan terbaik di SMK-mu. Kenapa gak coba kerja di Astra, Toyota atau di perusahaan yang kantornya besar ?” Tanya Fatih penasaran kepada Azar

“Saya ingin berkontribusi dan membesarkan perusahaan ini, Mas” jawabnya tegas dan mantap

Fatih langsung terdiam, merenung sejenak, jawabannya serasa menjadi penyemangat untuk menuntaskan misi dalam membuka kantor DC Tegal. Dia bersyukur memiliki tim yang berdedikasi tinggi. Walaupun selama setahun terakhir sudah menjaring lebih dari 6000 pelamar ternyata yang lolos tes dan bisa bergabung hanya 4 orang yaitu Setia dan Anti sebagai tim administrator, Doni sebagai penghantaran, & Azar sebagai tim logistic Gudang. Untungnya ada rotasi tim logistik dari DC Palembang, Jajang, sehingga bisa tandem dengan Azar. Dony akhirnya memutuskan mengundurkan diri karena merasa tidak cocok dengan kerjaannya.

Fatih masih teringat betul saat meeting bulanan setahun yang silam dengan tim DC Semarang. Dia lontarkan sebuah pertanyaan retoris untuk menghargai setiap pendapat timnya.

”Bagaimana caranya meningkatkan penjualan area Pekalongan, Tegal dan sekitarnya ?”tanyanya kepada tim

Dan tiba-tiba ada yang menjawab dengan mantap, seorang ekspedisi pengiriman barang,”Buka DC area Pekalongan Mas”. Jawabannya persis dengan rencananya untuk mengajukan pembukaan DC Tegal.

Fatih  sebelumnya sudah berbicara dengan Toko Maju Pekalongan, Jojon Tegal, Nana Tegal, serta Mutiara Hati Slawi cara untuk meningkatkan penjualan DC kita. Ternyata Mutiara Hati Slawi sangat mendukung pembukaan DC Tegal agar leadtime pengiriman lebih cepat dan modal jualan yang dibutuhkan lebih kecil dibandingkan harus disupport dari DC Semarang. Gayung bersambut, ada juga sales Pekalongan yang menimpali,”Bagus itu Pak, nanti penjualan pasti meningkat, dan saya juga dekat kalau mau ke kantor DC hehe”

Karena ada dukungan dari 1 toko dan 2 tim itulah, Fatih memutuskan untuk mengajukan Business Plan Pembukaan DC Tegal berisi proyeksi omset selama 5 tahun setelah pembukaan DC, resource baik SDM maupun inventaris yang dibutuhkan beserta biaya-biayanya. Dan proposal pembukaan DC Tegal alhamdulillah disetujui oleh kantor pusat. Dan tanggal 8 Oktober 2014 adalah target pembukaan DC Tegal ditandai dengan transaksi pertama yang berhasil dilakukan. Ternyata sampai 7 Oktober 2020 belum menunjukkan hasilnya.

Rabu sore yang menentukan

Rabu pagi Fatih Kembali mengadakan meeting koordinasi dengan seluruh tim. Tujuannya agar semua bisa bekerja dengan baik, apalagi kalau bukan memperbaiki internet dan computer agar bisa melakukan transaksi penjualan. Koordinasi dengan tim IT kantor pusat terus dilakukan namun belum membuahkan hasil juga. Anti dan Setia pun terus berusaha mengecek koneksi dan sesekali menenangkan toko yg komplain karena barang ternyat belum diterima padahal stok sudah kosong.

Jarum jam di dinding terus berdetak dan tidak terasa matahari sudah mulai condong ke barat. Menandakan waktunya mulai terbatas. Dia harus menyelesaikan semuanya atau saat akad nikah tidak tenang karena operasional masih terganggu atau mungkin dia akan menyesal seumur hidup di hari-hari yang menentukan dalam operasional DC Tegal. Keringat dingin pun mengucur dari dahinya. Sesekali dia telpon ke tim IT pusat agar bisa menyelesaikan masalah ini. Dia pasrah dan tim admin juga sudah pasrah. Dia cek apakah ada kabel yang belum tersambung atau tidak. Yang membuat aneh, google dan web address yang lain bisa diakses dengan mudah tetapi koneksi dengan computer admin untuk transaksi penjualan masih gagal.

Waktu shalat ashar pun tiba. Seperti biasa Fatih,  Jajang, dan Azar berjamaah di masjid dekat kantor. Sengaja memang, selain merefresh pikiran setelah seharian di kantor juga setiap 1 langkah mendapatkan pahala dan 1 langkah dosa-dosa diampuni jika seorang lelaki berjamaah di masjid. Mereka bertiga biasanya berangkat dan pulang bersama. Khusus kali ini, Fatih pulang agak belakang, berdoa lebih khusyuk mudah-mudahan tim IT bisa menyelesaikan masalah koneksi transaksi penjualan.

Fatih pun kembali ke kantor, siap-siap karena sore ini adalah syukuran pembukaan DC Tegal, mengundang warga, ketua RT, ketua RW dan ustadz. Alhamdulillah tema pengajian yang disampaikan tentang “Beryukur”

Lain syakartum la adziidannakum, wala in kafartum inna ‘adzaabi laa syadiiid. Barangsiapa yang bersyukur kepada Allah maka akan ditambahkan nikmat-Nya. Dan barangsiapa kufur maka adzab-Nya adalah pedih.” Demikian sang Ustadz mengutip sebuah ayat Al Quran.

Fatih banyak beristighfar, bahkan dengan sayyidul istighfar lalu mengucapkan hamdalah atas nikmat selama ini bisa bekerja di perusahaan. Dia bisa belajar tentang kepemimpinan yang penuh keteladanan, ide selalu bisa direalisasikan karena hanya soal tempat dan waktu saja jika belum bisa direalisasikan, kekeluargaan yang sebelumnya susah dia dapatkan selain di rumah dan pesantren mahasiswa dulu saat dia kuliah.

Tidak sadar waktu sudah menunjukkan jam 17.00 dan 2 administer tetap gigih tak henti-hentinya agar computer bisa terkoneksi. Alhamdulillah tiba-tiba koneksi internet untuk transaksi bisa lancar. Saat itu juga, dia meminta Anti untuk membuat faktur pertama DC Tegal atas Namanya :

==========================================================================

FATIH

DC TEGAL

Lightening gentle wash 60mL 2pcs 30.000

==========================================================================

Alhamdulillah koneksi internet sehinnga keesokan harinya dia dan tim tinggal menyelesaikan masalah pengiriman barang. Dia pun mengontak beberapa ekspedisi agar mau mempick up pengiriman barang untuk daerah di luar kota Tegal. Untuk pengiriman kota Tegal alhamdulillah Azar bersedia untuk menemani sopir membongkar barang kiriman. Memang Azara adalah karyawan yang berdedikasi tinggi, dia bekerja pagi, siang, bahkan sampai malam tanpa kenal lelah dan tidak pernah mengeluh. Beruntung perusahaan memiliki karyawan-karyawan berdedikasi tinggi di DC Tegal.

Akhirnya kamis maghrib, Fatih sudah bisa meninggalkan Kota Tegal untuk kembali ke Semarang. Tak lupa dia mampir ke Pekan Batik Nasional di Kota Pekalongan dan akhirnya sampai di kostan jam 22.00 WIB. Dia baru teringat kalau seserahan pernikahan yang dia pesan ke MDS Kudus belum diambil. Sebenarnya sudah dipesan sejak sepekan yang lalu. Tadinya berniat menitipkan ke rekan karyawan yang sedang berdinas ke Kudus tetapi ternyata tidak ada sehinnga harus mengambil sendiri keesokan harinya. Ya dia sudah berjanji kalau menikah akan membeli seserahan ke store tersebut karena Beauty Advisor (BA) berhasil menjawab selling skill dan tes ghost buyer dengan sempurna. Dan akhirnya baru sampai rumah Magelang menjelang maghrib.

Setelah istirahat semalaman, Fatih beserta keluarga besarnya berangkat ke Kota Gadis, julukan Kota Madiun, keesokan harinya dan ternyata baru sampai Madiun maghrib. Setelah cuci muka lalu berganti baju nikah, maka akad nikah berlangsung tepat jam 19.30 dengan disaksikan keluarga besarnya besarnya beserta calon istri. Penghulu pun sudah siap sejak maghrib.

“Ananda Ahmad Fatih bin alm Sudini, aku nikah dan kawinkan engkau dengan putri saya Lusiana binti Harto dengan mas kawin 10 gram emas dan uang senilai satu juta seratuh dua belas ribu dua puluh rupiah dibayar tunai” ucap sang penghulu

“Saya terima nikah dan kawinnya Lusiana binti Harto dengan mas kawin tersebut dibayar tunai”jawabnya dengan tegas

Dan ternyata istrinya adalah sesame Paragonian (julukan untuk karyawan tempatnya bekerja) dan bekerja di kantor pusat. “Maka nikmat Tuhanmu manakah yang Engkau dustakan” (QS Ar-Rahman)

—- Tamat —

Touring 500 Kilometer

Touring 450 KM

Maret 2012

Si besi terbang pun mendarat dengan mulus di Bandara Supadio. Si singa merah dengan perkasa menjelajahi angkasa, melintas di atas Laut jawa, terbang dari Jakarta menuju pulau Borneo, Pontianak tepatnya. Ya hari itu seperti biasa Fatih mengadakan kunjungan kerja berkeliling kota. Tugas dari perusahaan pemilik brand Wardah, harus dijalankan dengan penuh semangat kendatipun sampai harus mendekati batas negara Indonesia – Malaysia.

Untuk kesekian kalinya, Fatih harus mengunjungi kota Pontianak. Kalau biasanya kunjungan kerja hanya seputar Kota Pontianak saja, maka kali ini harus mengunjungi Sambas, bukan tanpa tujuan tetapi karena ada komplain keras dari toko di Singkawang. Kebetulan dia mendapat telpon dari Pak Nelhas kalau toko Khatulistiwa complain keras karena

“Assalaamualaikum” sapa Fatih kepada teman-temannya yang sedang sibuk berkoordinasi.

Seperti biasa 2 sales sedang membuat laporan panjer pekan sebelumnya, logistik dan pengiriman barang sedang melakukan serah terima barang, admin sedang membuat surat jalan sebagai pegangan driver di perjalanan.

“Waalaikumussalaam warahmatullaah” jawab operator logistik dan penghantaran yg sedang serah terima barang tepat di dekat pintu.

Tim sales yg baru keluar dari ruang admin pun ikut menyapa. Setelah berbasa-basi khas orang Indonesia, tiba-tiba salah seorang sales langsung berceloteh.

“Jadi kah kita ke Sambas?”tanyanya

“Hah, ke Sambas itu jauh banget kali, 200 kilo lebih dari Pontianak.” Ujar Sulsam menimpali

“Yah bang Sulsam, Ana mah biasa keliling Singkawang, Pemangkat, & Sambas”tukasnya

Admin Tie pun keluar dari ruangannya, mungkin mendengarkan perkataan kami.

“Eh Mas Fatih apa kabar? Benar kah ma uke sambas, kebetulan ada 1 paket barang yang harus dikirim ke sana” tanyanya sambal memohon agar bisa nitip barang ke sambas jika benar akan berangkat ke Sambas

“Iya, benar Mba Tie. Rencana mau langsung berangkat pagi ini begitu Mba Ana selesai laporan panjer & evaluasi penjualan”jawab Fatih.

“Mending naik mobil aja kalau mau ke Sambas, jauh kali bisa sampe 450 kilo Pontianak – Sambas PP. Soalnya sudah deket perbatasan negara Indonesia-Malaysia.”tambah Sulsam memberi saran

“Maunya sih gitu, tapi gak ada yang bisa nyetir. Motor kantor kantor 4 hari ke depan dipakai tak ?”tanya Fatih

“Gak dipakai kok Mas,”Jawab Sulsam

“Ok besok saya pakai 4 hari ya. Kita motoran sendiri-sendiri mba Ana. Kita berangkat bareng, pulang dari Singkawang ke Pontianak, saya naik motor sendirian” usul Fatih dengan penuh semangat

“Okelah mas”jelas Ana

Fatih dan Ana pun berangkat bersama lewat jalur pintura. Jalur pantura adalah jalan utama di pinggir pantai dari Pontianak menuju sambas. Daerah yang dilewati meliputi Mempawah, Sungai Duri, SIngkawang, dan Pemangkat. Perjalanan Pontianak-Mempawah ditempuh dalam waktu 2 jam sementara ke Singkawang memerlukan waktu 3,5 jam. Dan sampai sambas membutuhkan waktu 3 jam, jadi perjalanan Pontianak-Sambas membutuhkan waktu total sekitar 6,5 jam.

Jangan bayangkan jalan yg dilalui padat kendaraan, tetapi justru sangat sepi sekali. Mereka memacu motornya dengan kecepatan 100 KM/jam. Walaupun di sebelah kiri jalan adalah pantai, jangan bayangkan pantainya seperti pantai di pulau Jawa. Pantai di Kalimantan Barat berwarna cokelat tua.

Hari pertama mereka memutuskan hanya mengunjungi 1 toko Khatulistiwa karena waktu yang terbatas. Ada 3 toko besar yg harus dikunjugi selama 3-4 hari.

Bersambung…..

Pacaran itu Boleh Lho!?!

Rembulan masih terlihat perkasa di ufuk timur, memancarkan semangat bagi setiap insan yang akan mencari petualangan hidup di kota Kembang. Beberapa menit yang lalu sebuah mobil L-300 berhenti di sebelah utara masjid tak berkubah itu. Pintu mobil terbuka, aku melangkah dengan badan yang masih lunglai. Maklum, dua belas jam perjalanan harus melewati jalan tol, pegunungan, dan hutan. Dinginnya udara pagi di subuh itu tidak menyurutkan niatku  untuk menuntut ilmu di Kampus Ganesha.

“Allaahu Akbar! Allaahu Akbar!”

“Allaahu Akbar! Allaahu Akbar!”

“Asyhadu an la Ilaaha illallaah!”

“Asyhadu an la Ilaaha illallaah!”

Badan ini masih terasa malas untuk diajak shalat subuh. Bayangkan saja, selama hidupku aku tidak pernah shalat subuh di masjid kecuali hanya waktu Ramadhan saja. Mungkin akan jauh lebih baik di masjid ini daripada di luar harus menahan dinginnya udara pagi. Akhirnya, kupaksa juga diri ini untuk mengambil air wudhu dan segera masuk ke dalam masjid. Cukup aneh memang masjid itu. Tidak seperti biasanya, masjid ini berbentuk kubus. Lantainya juga terbuat dari kayu, alhasil walaupun cuaca dingin, di dalam masjid tetap terasa hangat.

Aku merasakan sesuatu yang tidak pernah aku dapatkan sebelumnya. Pagi-pagi buta shalat di masjid. Walaupun memang dulu aku pernah shalat subuh di masjid pada bulan Ramadhan, tapi suasananya ketika itu kayaknya biasa aja. Sedangkan sekarang berbeda. Kuamati para pemuda sebanyak 2 shaff shalat dengan khusyuknya.

Aku terduduk di koridor sebelah selatan masjid menuju jalan keluar. Pikiranku melamun, terbang menuju kampung halaman. Kini aku sendirian di kota yang dulunya dikenal sebagai Kota Kembang. Tak ada teman ataupun saudara yang menyertaiku. Sesekali aku bertanya dalam hati, mengapa aku nekad untuk melanjutkan kuliah di sini? Padahal di Surabaya kan juga ada institut yang sejenis dan tidak kalah favorit. Belum lima menit aku merenung, tiba-tiba ada seorang pemuda yang menyapaku.

“Assalaamu’alaykum!” sapa seorang pemuda tersebut.

“Wa’alaykumussalaam!” jawabku dengan nada pelan dan agak takut.

“Mahasiswa baru ya dik? Dari mana?” tanyanya dengan sangat sopan.

“Ya mas. Saya dari Surabaya,” jawabku secukupnya.

“O…gitu. Wah, jauh dong. Kenalin saya Arif dari Jakarta. Ngomong-ngomong ngambil jurusan apa dik?” katanya sembari menawarkan berjabat tangan.

“Saya Yono. Saya ngambil jurusan Teknik Kimia kak,” jawabku dengan pikiran yang belum bisa bersahabat.

“Oiya! Wah, ternyata kita sama jurusan dik. Saya ngambil jurusan Teknik Kimia juga, angkatan 2008. Selamat ya! Jangan disia-siain kuliah di ITB apalagi jurusan Teknik Kimia.  Oiya, saya tinggal di Asrama Salman. Tuh gedungnya. Kalau mau main, naik aja ke lantai 4. Saya duluan ya karena ada acara rutin tiap pagi di asrama. Assalaamu’alaykum!” katanya sembari menjabat tangan saya.

“Wa’alaykumussalaam!” jawabku dengan nada datar. “Emm…ternyata ramah juga ya si kakak tadi. Mudah-mudahan suatu saat nanti bisa bertemu lagi dengannya.”

***

Sebulan sudah aku mengalami kegiatan perkuliahan di kampus. Selain kuliah, tidak ada aktivitas lain yang aku jalani di kampus. Mungkin aktivitas sehari-hariku hanya kuliah kostan, kuliah kostan. Waktu luang lebih banyak aku gunakan untuk main game, baca komik ‘Captain Tsubasa’, atau baca-baca artikel tentang wanita, dan terkadang ngobrolin tentang cewek dengan teman-teman tetangga kost.

Pergaulan di kostan ternyata sangat mempengaruhi pola pikirku. Dengan teman-temanku aku sering ngobrol ngalor-ngidul tak terkecuali tentang wanita. Apalagi semua teman di kostanku sudah punya pacar semua. Bahkan ada seorang teman yang sampai punya tiga pacar sekaligus. Satu di kampung halaman, satu anak SMA, dan satu lagi di kampus. Kadang aku berpikir kok sampai segitunya ya, punya pacar tiga. Apa gak kasihan ceweknya dibohongin kayak gitu. Dan alasan dia pun sederhana saja. Sebenarnya pacar yang sesungguhnya mah di kampung halaman, kalau yang di sini mah hanya buat refreshing aja, menghilangkan stress karena beban kuliah yang berat katanya. Gak punya perasaan tuh emang orang, gumamku dalam hati.

Aku sendiri belum pernah mengalami apa yang namanya pacaran. Bukan karena aku tidak tertarik dengan makhluk yang diciptakan dari tulang rusuk nabi Adam ini. Tetapi aku merasa dengan pacaran justru akan menyita waktu belajarku. Dan memang terbukti dengan semangat belajarku saat itu, aku berhasil mendapatkan medali perak Olimpiade Sains Nasional Bidang Kimia di Riau, Pekanbaru.

Akan tetapi, aku juga seorang laki-laki biasa yang bisa tertarik dengan kaum hawa. Apalagi pemuda seusiaku, dorongan terhadap lawan jenis sedang sangat tinggi-tingginya. Aku pun berpikir tidak ada salahnya kan kalau pacaran. Toh nanti juga akan menikah. Sebelum menikah kan tentu harus saling kenal dulu. Yah, pacaran selama 3 tahun di kampus juga kan gak apa-apa. Habis kuliah dan dapet kerja nanti baru menikah.

Aktivitasku tersebut mulai berubah setelah kegiatan di Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia (HIMATEK) dimulai. Entah kenapa setelah mendapat titel mahasiswa aku mulai berani untuk beraktualisasi diri, mencari tahu segala sesuatu. Dulu ketika SMA, aktivitasku hanya belajar dan belajar. Aku merasa bosan dengan aktivitasku tersebut. Akhirnya aku putuskan untuk ikut beberapa organisasi khususnya di  HIMATEK. Dan kegiatan kaderisasi yang dinamakan Pengenalan Dunia Teknik Kimia (PDTK) pun dimulai.

“Woiey! Jangan Jongkok! Jangan Jongkok!” teriak beberapa orang laki-laki yang berjaket hitam dengan slayer di tangan kanannya.

Langsung saja beberapa orang temanku berjalan jongkok. Aku kebingungan sendiri kenapa mereka jalan jongkok, kan disuruhnya jangan jongkok. Ternyata teman-temanku mendengarnya jalan jongkok bukan jangan jongkok. Aku pun akhirnya ikut jalan jongkok juga. Secara semua orang selain aku jalan jongkok, walaupun aku tahu itu tindakan yang salah.

“Woiey kalian yang jalan jongkok! Siapa suruh kalian jalan jongkok?” tanya seorang laki-laki bertubuh gempal hitam.

“Kan kakak nyuruh kami jalan jongkok!?!” jawab seorang temanku dengan agak bingung.

“Siapa suruh kalian jalan jongkok! Kami suruh kalian jangan jongkok tapi kalian malah jongkok. Berdiri semua! Cepat-cepat, jalan!” jawab laki-laki berbadan gempal hitam tadi.

Sialan tuh orang, ngerjain ternyata. Gumamku dengan ketawa yang tertahan di dalam mulut. Maklum suasana osjur memang dibuat tegang sehingga walaupun ada kejadian konyol kami tidak boleh ketawa sedikitpun. 

Akhirnya kegiatan PDTK pertama diisi dengan dengan mentoring umum bersama kakak mentor. Kali ini suasana agak nyantai. Dan surprisenya yang menjadi mentorku adalah mas Arif, kakak tingkat yang pertama kali menyapaku di Kota Kembang ini. Walaupun tinggal di kota Jakarta dengan persaingan kehidupan yang keras, dia tetap ramah dan mau menyapa adik-adik tingkatnya tak terkecuali aku. Ada rona keikhlasan ingin melayani yang terpancar dari wajahnya. Rona yang menunjukkan seolah-olah beliau mencintai kami seperti layaknya adik kandung sendiri.

Dalam mentoring tersebut, aku mendapatkan banyak informasi tentang jurusan teknik kimia dan subjurusan yang terdapat di dalamnya. Kegiatan-kegiatan atau organisasi yang dilakukan oleh mahasiswa Teknik Kimia. Tentang kesan awal dan harapan tentang kegiatan PDTK. Kak Arif juga berbagi ilmu tentang bagaimana mahasiswa saat ini harus berperan dalam membangun bangsa. Dia juga menjabarkan secara jelas tentang peran mahasiswa sebagai agent of change, iron stock, dan guardian of value. Dia juga berbagi pengalaman yang dirasakan selama kuliah di ITB dan juga alasan-alasan mengapa dia memilih jurusan Teknik Kimia.

Akhirnya sampai juga di akhir agenda mentoring yaitu sesi diskusi. Para mentee dipersilakan untuk bertanya atau menyampaikan segala unek-unek tentang kuliah atau apapun. Sebenarnya, aku dari awal sangat serius mendengar segala nasihatnya. Akhirnya kuberanikan bertanya padanya.

“Gini kak, sebenarnya gimana sih supaya kita bisa baik dalam memanajemen waktu ketika beraktivitas di kuliah, organisasi, ataupun ketika pacaran?” tanyaku dengan agak polos tapi berani.

“Oiya, di sini ada yang non-muslim gak?” tanyanya

Ternyata tak satupun dari kami yang mengangguk.

“Sebenarnya Islam pun mengatur bagaimana caranya pacaran. Dan Islam sendiri membolehkan pacaran lho,” katanya

Penjelasan tersebut membuatku kaget bukan main. Hah, bagaimana caranya ‘pacaran’ dengan baik. Yang benar tuh? Selama ini yang aku tau dari teman-temanku SMA yang aktif di rohis, pacaran itu dilarang sama Islam. Ini mas Arif malah bilang Islam itu mengatur bagaimanan caranya pacaran. Pernyataan yang sangat menyengat adalah ketika dia mengatakan bahwa Islam itu membolehkan ‘pacaran’.

“2010! Aku ingin kalian berkumpul di depanku. Dalam hitungan 10, kalian sudah harus ada di depanku. 10…9…8…7…6…5…4…3…2…1! 2010!” teriak sang danlap

“HIMATEK!” jawab kami

“Aaku beelum mendengar kekompakan kalian. Kalian adalah satu jiwa, kalian adalah satu kesatuan, kalian adalah pembaharu, pembaharu harus bersatu. 2010!” teriak sang danlap dengan ucapan yang terpotong antarkatanya.

“HIMATEK!” jawab kami

“HIMATEK!” balas sang danlap

“CH…CH…CHE!” jawab kami

“Aplaus buat kalian,” balas sang danlap.

Yah, sial. Padahal bahasan mentoringnya sedang menarik. Ternyata panitia sudah memanggil kami lagi. Pernyataan tersebut membuatku terus bertanya-tanya. Kata-kata kak Arif tadi seolah-olah membuatku semakin bersemangat bahwa memang saya harus pacaran selama menjadi mahasiswa. Karena teriakan danlap tadi, secepat kilat kumasukkan buku dan pulpen ke dalam tas, termasuk juga makanan dan minuman yang tadi aku keluarkan.

***

Kegiatan PDTK pun telah memasuki bulan kedua. Setiap akhir pekan tepatnya hari Sabtu, aku harus bangun pagi-pagi sekali karena tepat pukul 06.00 WIB kami sudah harus berada di depan sekretaria HIMATEK untuk mengikuti kegiatan PDTK. Jum’at malam, aku harus bergerilya ke kostan teman untuk meminjam mesin ketik manual untuk mengerjakan tugas-tugas resume, wawancara kakak NIM (nomor induk mahasiswa), wawancara ketua HIMATEK, kesan, pesan, dan masukan setiap pekan ketika mengikuti kegiatan PDTK.

Sayangnya, agenda yang aku tunggu yaitu mentoring tidak pernah diadakan lagi entah aku gak tahu apa sebabnya. Hingga kini, pertanyaan-pertanyaan masih berkelumit di kepalaku terkait pernyataan kak Arif dua bulan yang lalu. Pernyataan yang membuatku jadi semakin semakin bersemangat untuk pacaran tetapi juga menimbulkan tanda tanya mengapa pikirannya berbeda dengan pikiran teman-temannya yang aktif di lembaga keislaman seperti Rohis.

Suatu hari ketika kuliah sedang berlangsung, sebuah selebaran diputarkan dari depan menuju belakang. Ternyata selebaran itu berisi publikasi kegiatan Islamic Study Club (ISC) yang dilenggarakan oleh Keluarga Mahasiswa Islam (GAMAIS) bekerja sama dengan Keluarga Mahasiswa Islam Teknik Kimia (GAMISTEK). Awalnya aku berpikir mungkin sama saja dengan mentoring sewaktu kegiatan PDTK. Karena pada awalnya aku sudah jatuh hati dengan kegiatan serupa yang sebelumnya telah aku ikuti, akhirnya aku putuskan untuk ikut mentoring ISC GAMISTEK. Kucatatkan nama dan no HP di daftar peserta mentoring tersebut.

Selang sepekan kemudian ada SMS masuk ke nomor HP-ku mengabarkan tentang kegiatan mentoring ISC yang akan segera diselenggarakan.

“Teruntuk adik-adikku yang saya sayangi karena Allah. Assalaamu’alaykum,, mengharapkan kehadiran kalian dalam pertemuan perdana mentoring ISC kelompok kita, Jum’at (12/11) jam 15.30 WIB di koridor selatan Masjid Salman.Trims.-Arif-” message sent by +6285724422094

Kata-kata awal yang sulit aku mengerti, ‘saya sayangi karena Allah’. Masak sih sayang karena Allah, apa-apaan ini. Aku agak cuek sejenak. Tapi kayaknya kata-katanya menarik juga. Apalagi yang akan jadi mentornya adalah kak Arif. Wah kayaknya seru ni, aku bisa bertanya mengenai pernyataannya dua bulan yang lalu.

***

Selepas shalat ashar di kostan, kulangkahkan kakiku ke masjid Salman yang hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit. Dan ternyata di koridor selatan telah menunggu kak Arif dengan seorang teman seangkatanku.

“Assalaamu’alaykum!” tegurku kepada mereka berdua.

“Wa’alaykumussalaam warahmatullaah!” jawab kak Arif dengan ucapan yang lebih lengkap.

“Wah, akhirnya kita ketemu lagi kak setelah hampir dua bulan gak ketemu,” tegurku.

“Ya. Alhamdulillah, gimana kabar dik Yono?” tanya kak Arif.

“Alhamdulillah baik kak,” jawabku sekenanya.

“Sambil nunggu teman-teman yang lain mungkin di antara kalian ada yang ingin berbagi pengalaman selama 2,5 bulan kuliah di ITB? Terserahlah mau itu pengalaman selama ikut kegiatan PDTK ataupun aktivitas kuliah di ITB atau pengalaman selama di Kota Bandung ini,” katanya lagi.

Kami berdua pun terdiam. Dari raut muka kami sebenarnya menunjukkan gelagat ada banyak hal yang ingin diceritakan. Tetapi karena aku baru ketiga kalinya bertemu kak Arif sedangkan temanku baru sekali ini bertemu, maka perasaan malu dan takut masih meliputi kami berdua. Tiba-tiba datang tiga orang laki-laki di depan kami.

“Assalaamu’alaykum!” sahut tiga orang laki-laki yang baru datang.

“Wa’alaykumussalam!” jawab kami bertiga.

“Alhamdulillah. Akhirnya anggota keluarga kita lengkap juga. Total personil kita berjumlah enam orang. Baik, karena kita sudah lengkap, kita segera mulai saja agenda mentoring sore ini,”kata kak Arif.

“Alhamdulillah. Sebuah nikmat luar biasa yang Allah karuniakan kepada kita sehingga kita berkesempatan menuntut ilmu di salah satu perguruan tinggi favorit di negeri ini. Pujian dan keselamatan semoga selalu tercurah kepada suri tauladan kita bersama Rasulullah Shallahu’alaihi wasallam,” katanya.

Setelah mentoring dibukan oleh kak Arif, acara pun dilanjutkan dengan sesi saling mengenal. Ternyata kami semua berasal dari daerah yang berbeda dan beragam. Ada yang berasal dari Padang. Ada yang kelahiran Papua kemudian merantau ke Yogyakarta ketika SMA. Ada yang asli Sunda yaitu Cianjur serta pulau Borneo Kalimantan. Sementara aku dan kak Arif sendiri berasal dari Surabaya dan Jakarta.

Ada saat yang menarik ketika salah seorang dari kami mengenal dirinya. Nama panggilannya sih biasa, Rudi. Akan tetapi nama lengkapnya adalah Rudy A Good Boy. Dia memiliki dua kakak. Kakak pertama bernama Happy New Year, kakak keduanya Andy Go To School, sedang ayahnya bernama Bolking. Kami semua pun terheran-heran dan tertawa mendengar perkenalan nama darinya. Nama yang terdengar aneh di telinga, nama-nama yang mungkin seharusnya hanya dipelajari di pelajaran Bahasa Inggris.

“Baik. Mari kita lanjutkan dengan tilawah,” ajak kak Arif.

Kami semua pun terbengong dengan kata tilawah, sementara kak Arif mengeluarkan buku kecil tebal. Buku itu ternyata Al-Quran. Baru pertama kali aku melihat Al-Quran kecil itu. Praktis dibawa ke mana-mana memang, lengkap dengan terjemahannya lagi. Selama ini yang aku tahu hanya Al-Quran besar tanpa terjemahan. Akupun menyentuhnya enam tahun yang lalu saat aku kelas I SMP. Dulu ketika masih sekolah dasar (SD), aku sering mengaji dengan teman-temanku. Entah kenapa setelah menginjak masa SMP, aku tidak mengaji lagi. Padahal alasannya hanya sepele saja, malu. Mengaji kan hanya untuk anak SD saja. Dan ternyata kini aku harus kembali ke masa-masa SD lagi, mengaji bersama teman-temanku.

“Oiya, tilawah itu artinya membaca. Baik, saya yang mulai dulu ya,” katanya lagi.

Akhirnya tilawah pun dimulai oleh kak Arif. Beliau membaca ayat demi ayat dengan lancar, seperti tanpa cacat sedikitpun. Tidak ada hal yang istimewa ketika aku mendengarnya. Lebih asyik dengerin In The End-nya Linkin Park, pikirku saat itu. Nampaknya tak satupun di antara kami yang tertarik mendengarkan tilawah kak Arif. Akhirnya kami semua tilawah dengan kurang lancar. Karena tak satupun di antara kami yang membawa Al-Quran, kami pun tilawah bergiliran.

“Kita baca artinya bergantian ya? Coba Yono yang pertama kali baca artinya,” kata kak Arif.

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. (Allah) Yang Maha Pengasih. Yang telah mengajarkan Al-Quran. Dia menciptakan manusia, mengajarnya pandai berbicara. Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan, dan tetumbuhan dan pepohonan, keduanya tunduk pada-Nya. Dan langit yang ditinggikan-Nya dan Dia ciptakan keseimbangan, agar kamu jangan merusak keseimbangan. Dan tegakkanlah keseimbangan itu dengan adil dan janganlah mengurangi keseimbangan itu. Dan bumi telah dibentangkan-Nya untuk makhluk-Nya, di dalamnya ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang, dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya. Maka nikmat Tuhanmu manakah yang engkau dustakan? Dia menciptkan manusia dari tanah kering seperti tembikar, dan Dia menciptakan jin dari nyala api tanpa asap. Maka nikmat Tuhanmu manakah yang engkau dustakan?” kataku membacakan arti Ar-Rahman ayat 1-16.

Ada perasaan takjub yang luar biasa dalam diriku ketika aku membaca arti ayat-ayat tersebut. Ayat-ayat itu ibarat oase di tengah padang pasir yang tandus dan kering. Dan aku pun menikmati air oase. Tenggorokanku terasa basah dan aku merasakan kesejukan yang luar biasa. Belum pernah aku merasakan sebelumnya. Dulu ketika mengaji semasa SD, aku hanya membaca Al-Quran tanpa tahu artinya. Tapi sekarang terasa beda.

Aku pun terbius oleh arti setiap ayat dari surat Ar-Rahman tersebut. Sungguh luar biasa. Apalagi ketika sampai pada ayat tentang balasan bagi orang-orang yang takut kepada Allah adalah surga yang nikmatnya tak terkira. Di dalam surga itu ada pepohon dan buah-buahan, ada dua buah mata air yang memancar. Di dalam surga juga ada permadani dari sutera yang tebal. Kemudian di dalam surga juga terdapat bidadari-bidadari yang baik-baik, jelita, dan tidak pernah disentuh oleh manusia maupun jin sebelumnya. Ternyata sebagian dari kenikmatan surga di gambarkan di dalam Al-Quran.

“Surat yang kita baca tadi adalah nikmat yang Allah berikan kepada kita. Tanda bahwa Allah begitu sayang dengan kita. Di dunia ini Allah berikan kesempatan bagi untuk kuliah di sini, Allah jadikan seorang ibu dengan tulusnya mencintai anak-anaknya, Allah jadikan ayah kita bekerja keras untuk menafkahi keluarga kita, dan masih banyak lagi bentuk kasih sayang yang lain. Itu semua barulah 1 sifat pengasih yang Allah berikan kepada kita dan itu diberikan di dunia. Sedangkan di akhirat nanti, Allah akan memberikan 99 sifat pengasih-Nya kepada orang-orang yang taat kepada-Nya ketika di dunia,”tutur kak Arif.

Sejam tidak terasa. Aku terlarut dalam kenikmatan mengaji, kenikmatan bisa bertemu dengan teman-teman, dan kenikmatan yang bermula dari keisengan untuk mencari jawaban dari pernyataan kak Arif. Dan ternyata Allah memberikan jauh lebih banyak dari yang ingin aku cari.

“Baik. Mungkin hanya ini yang bisa saya bagi buat kalian semuanya. Barangkali ada pertanyaan?” seru kak Arif.

Aku terbangun dari obat bius kak Arif yang mengungkapkan begitu luar biasanya nikmat yang Allah berikan kepada kita. Memori yang menyimpan file tujuan awal aku datang ke mentoring ISC ini kembali aku buka. Perasaan berkecamuk dalam diriku. Apakah aku harus menanyakannya atau tidak? Ingin sekali menanyakan pernyataan kak Arif 2,5 bulan yang lalu saat mentoring PDTK.

“Boleh nanya kak?” tanyaku.

“Boleh, silakan Yono,” jawabnya.

“Ini kakak tentang pertanyaan yang dulu pernah saya tanyakan ketika mentoring PDTK,” tuturku.

“Emm…yang mana ya?” tanyanya lagi.

“Itu kak. Dulu kan kakak pernah menyatakan kalau Islam itu membolehkan pacaran. Apakah itu benar?” tanyaku dengan suara semakin mengecil.

“Iya. Pacaran emang dibolehkan oleh Islam,”jawabnya.

Kami berlima pun semakin antusias mendengarkan penjelasan kak Arif.

“Tapi ada syaratnya,” katanya.

“Apa itu kak?” tanyaku sekali lagi dengan penuh heran.

“Kita boleh pacaran dengan dua syarat. Syarat pertama adalah ketika kita berdua-duaan baik itu dengan bertemu secara langsung, lewat yahoo messenger, SMS, ataupun bercakap-cakap via handphone,”tutur kak Arif.

“Kalau itu mah saya bisa kak. Itu udah biasa kok kak. Teman-temanku di kostan juga sesekali kupergoki sedang menelpon pacarnya. Aku yakin pasti mereka sering berinteraksi dengan pacar mereka meskipun aku sendiri tidak mengetahuinya,”seruku.

“Kamu yakin bisa melakukannya?”tanya kak Arif.

“Iya kak bisa,”jawabku.

“Iya kak, saya juga bisa kalau syaratnya itu,”seru temanku yang dari tadi diam mendengarkan.

“Kalian yakin Allah tidak melihat kita ketika kita pacaran misalnya. Bukankah Allah yang menciptakan kita pasti Dia melihat segala aktivitas kita?” tanyanya.

Kami semua pun terdiam dengan perasaan kecewa. Harapanku untuk pacaran sepertinya tidak didukung oleh kak Arif. Kak Arif yang tadinya kukira sepemikiran denganku ternyata tidak jauh berbeda dengan teman-temanku dulu SMA yang aktif di Rohis. Hanya saja kali ini kak Arif lebih bijak dalam menanggapi perbedaan pikiran.

“Terus syarat kedua jika kalian ingin pacaran adalah kalian harus menikah terlebih dahulu dengan pacar kalian,”kata kak Arif menjelaskan.

Kami semua tambah terdiam ketika kak Arif menambahkan syarat kedua. Ternyata Islam memang tidak membolehkan bagi pemeluknya untuk pacaran, menodai ikatan cinta kepada lawan jenisnya.

“Islam begitu menjaga pemeluknya agar tidak terpedaya oleh hawa nafsu yang banyak dimanfaatkan oleh setan. Begitu banyak teman-teman kita yang terpedaya oleh bujuk rayu setan untuk pacaran. Alhasil, banyak dari teman-teman kita itu yang tidak tahan dengan godaan setan dan dikuasai oleh hawa nafsu setan sehingga dengan mudahnya bercium, berpegangan, bahkan sampai berhubungan suami-istri. Kita berlindung kepada Allah dari hal-hal demikian,”katanya.

“Di surat Al-Israa’ ayat 32, Allah melarang kita agar tidak mendekati zina. Mengapa Allah tidak mengatakan janganlah kamu berbuat zina? Karena Allah sayang sama kita. Kebanyakan kita tidak akan sanggup jika kita mengikuti hawa nafsu. Makanya mendekat saja kita tidak boleh. Mendekat itu ya di antaranya dengan SMS-an, telpon-telponan, YM-an, bahkan lewat pacaran. Hal-hal itulah yang akan menjerumuskan kita kepada zina. Bahkan ada hadis lain yang menyebutkan bahwa zinanya mata adalah melihat yang bukan haknya, zinanya tangan adalah memegang lawan jenis yang bukan haknya, dan zinanya hati adalah mengangan-angankan lawan jenis dan hal-hal negatif lain yang menuju ke arah zina,”katanya lagi.

“Tapi kan, pacaran itu kan bagian dari proses mengenal calon istri kita juga kak? Jadi sah-sah aja kan kalau kita pacaran,”kataku dengan nada protes.

“Iya, memang kita harus mengenal calon istri dengan baik karena dia akan menjadi teman yang menemani sisa hidup kita. Islam juga mengatur bagaimana caranya kita saling berkenalan. Islam mengaturnya dengan apa yang dinamakan ta’aruf,”tutur kak Arif.

“Terus kalau benar-benar cinta gimana dong kak? Masak kita harus menahannya dalam-dalam?”tanyaku tidak mau kalah dengan penjelasan kak Arif.

“Cinta kepada lawan jenis memang fitrah yang Allah berikan kepada manusia. Dan sebagai muslim, cinta tersebut seharusnya bermuara kepada Allah. Lalu bagaimana caranya?  Jika kita tertarik dengan seorang wanita dan begitu juga dengan dia, sementara kita telah mampu dari segi ilmu, mental, fisik, dan finansial maka nikahilah ia. Sementara jika belum mampu, maka banyaklah berpuasa karena puasa dapat mengekang hawa nafsu. Isilah hari-harimu untuk menyiapkan keempat faktor tadi. Janganlah berinteraksi dengan wanita tersebut khawatir kamu terjerumus ke dalam zina. Yakinlah dengan janji Allah bahwa “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)….” (An-Nuur:26). Bukan tidak mungkin kamu akan mendapatkan bidadarinya dunia,”kata kak Arif.

Aku pun terdiam. Aku tidak mampu membantah lagi. Memang demikianlah seharusnya, seorang muslim harus berserah diri kepada Allah. Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia karena yang menurunkan juga adalah Allah sendiri yang memahami dengan benar karakteristik makhluk ciptaan-Nya yang bernama manusia itu.

“Gimana ada yang didiskusikan lagi? Kalau tidak ada, kita tutup dengan hamdalah, istighfar yang sesungguh-sungguhnya, dan do’a kifaratul majlis,”katanya

Sepulang dari kostan aku tidak bisa tidur karena membayangkan kejadian tadi sore. Kejadian yang membuat aku berpikir ulang untuk pacaran. Kejadian yang membuat aku sedikit mengenal bahwa Islam ternyata mengatur segalanya termasuk fitrah manusia berupa cinta kepada lawan jenis. Islam ternyata bukan sekedar pengetahuan belaka, tetapi pedoman dalam bertindak sehari-hari. Maha suci bagi-Mu ya Allah yang telah menurunkan kasih sayang di antara sesama manusia. Aku ingin sekali menikmati 99 sifat rahman-Mu.

***

Empat tahun telah berlalu. Banyak ilmu yang telah aku dapatkan di kampus Ganesha baik ilmu kuliah, ilmu organisasi, maupun ilmu diniyah. Empat tahun setelah peristiwa mentoring di sore itu, aku terus membina diri dengan ikut beberapa kegiatan dalam rangka tarbiyah islamiyah entah mentoring, kajian keislaman, ikut program menghafal Al-Quran, maupun program Bahasa Arab. Dan tepat tanggal 23 Oktober 2014, alhamdulillah aku telah menyelesaikan studi S1 Teknik Kimia ITB.

Atas kasih sayang Allah pula, pekan depan aku akan melamar seorang muslimah. Calon istriku itu baru aku kenal tiga pekan yang lalu dari Pak Habibi, guru ngajiku. Proses ta’aruf juga berlangsung cukup singkat. Kami sama-sama sepakat untuk menjadikan keluarga kami kelak adalah keluarga Qurani. Proses ta’aruf dilanjutkan dengan pengenalan keluarga dan alhamdulillah keluargaku maupun keluarga calon istriku juga sama-sama merestui.

***

Dan Alhamdulillah lamaran pun diterima oleh pihak keluarga perempuan. Kedua keluarga kami sama-sama sepakat bahwa akad nikah akan diselenggarakan sebulan lagi dengan walimah yang sederhana. Keluarga kami sepakat bahwa walimah tidak harus mewah, tetapi yang terpenting adalah bagaimana Allah meridhai pernikahan kami.

Dan sebulan telah berlalu, akad nikah pun telah dilaksanakan tadi pagi. Atas kasih sayang Allah pula, akhirnya aku bisa pacaran. Pacaran yang diridhai oleh Allah seperti syarat kedua seperti yang pernah disampaikan oleh kak Arif empat tahun yang lalu yaitu Islam membolehkan ‘pacaran’ tetapi setelah menikah. Perasaan bahagia menyelimuti kami berdua, apalagi tatkala istriku menyampaikan perasaan dari lubuk hatinya,”Abi, ummi sayang abi karena Allah,” katanya.

“Ummi, abi juga sayang ummi karena Allah,”jawabku.

Mahasuci Allah yang telah menjadikan manusia berpasang-pasangan. Akhirnya, aku sendiri merasakan bagaimana rasanya cinta yang bermuara kepada Allah seperti kak Arif dulu pernah sampaikan lewat SMSnya, “teruntuk adik-adikku yang saya sayangi karena Allah”.

GERAKAN SOLIDARITAS COVID19 (GSC)

Mengetuk Pintu Langit & Hati
Edisi 1
Sabtu, 28 Maret 2020

gambar 7

Masa lalu adalah sejarah, hari ini adalah harapan, & hari esok adalah impian. Peristiwa kemarin, sepekan yg lalu, sebulan yg lalu sekalipun seharusnya menjadi pertimbangan kita dalam bertindak hari karena menentukan bagaimana kita di esok hari.

Covid19 bukan berarti terjadi begitu saja dan apa yang akan terjadi sebulan atau 2 bulan lagi bisa kita prediksikan dari sekarang dengan cara kita bisa mengambil tindakan tepat di hari ini. Dan ini bagian dari Iqro (membaca konsep kehidupan) seperti Allah perintahkan dalam QS Al-‘Alaq ayat 1.

Setiap peristiwa dalam kehidupan itu bisa disimulasikan. Berikut tampilan hasil simulasi Covid19 yg saya peroleh dari guru saya, Dosen ITB. Saya perhatikan setiap hari dari sekitar 10 hari yg lalu chart ini saya terima, hasilnya cocok, errornya kecil. Contoh data tanggal 27 Maret versi simulasi mencapai 1100 kasus positif vs versi data corona.jakarta.go.id mencapai 1046 kasus.

*GRAFIK 1 29 FEB – 4 APRIL*

Dimulai dari 2 kasus positif yg diumumkan Presiden tanggal 2 Maret, terjadi peningkatan 1044 kasus selama 25 hari. Kok bisa ? Wajar lah, sebagian besar rakyat masih menganggap Covid19 biasa-biasa saja. Saya share ada 2 kasus positif covid19 di WAG Warga di kelurahan saya saja nampaknya hanya 1 orang yg serius, yg lain masih biasa saja. Kalau 2 orang sudah positif, kecil kemungkinan tidak menular ke anggota keluarga yg lain.

gambar 1

Gambar 1 Simulasi Positif Covid19 29 Feb – 4 April

Sumber : Dosen ITB

Kok bisa rakyat biasa-biasa saja? Bukannya sudah ada keputusan gubernur agar Social Distancing ? Dalam suatu negara, ada kepemimpinan de jure (pemerintah resmi) dan kepemimpinan de facto (komunitas, hubungan emosional, keluarga, perusahaan dsj). Dalam kondisi darurat *kepemimpinan de jure sampai level tertinggi* akan memegang peranan penting. Secara de facto, perusahaan-perusahaan sudah Work From Home (WFH) & secara otomatis mengarahkan keluarga intinya untuk Stay at Home juga. Acara komunitas & pernikahan juga banyak yg dicancel.

Sayangnya kesadaran ini gak diimbangi di level RT RW entah karena beda pilihan politik, menyepelekan karena kasusnya kan tidak dialami tetangga sendiri, atau kalau gak kerja gimana bisa kasih makan anak istri. Di sinilah solidaritas kita dan kecermatan pemerintah disertai hati nurani yg luhur dalam mengambil keputusan kita diuji. Ketegasan pemerintah pusat untuk isolasi total sangat dibutuhkan. Sebenarnya sudah ada gubernur yg mengusulkan isolasi total dan mengambil kebijakan dg mengutamakan kesehatan & kemanusiaan tapi berkali-kali mental karena belum disetujui pemerintah pusat sampai detik ini sehingga akhirnya mengeluarkan kebijakan Social Distancing. Akan tetapi hal ini tidak menyelesaikan masalah secara total, hanya menahan penyebaran virus karena tetap saja masih ada interaksi orang sakit (entah pesakitnya sadar atau tidak) dengan orang sehat.

gambar 3

Gambar 2 Solidaritas Komunitas IA ITB

Ya nanti kalau isolasi total tidak bisa makan ? Halloo. Bangsa Indonesia itu terkenal dengan semangat Gotong Royong lho. Syaratnya hanya 1 : Teladan dari Pemimpin. Di lingkungan kantor kami, para pedagang kaki lima tidak dapat mencari nafkah karena kantor tutup. Yg kami lakukan adalah penggalangan dan alhamdulillah dalam 1 jam sudah terkumpul 3juta. Ayo dong berpikiran positif, budaya Gotong Royong & senasib sepenanggungan itu sejatinya ada di dalam darah Bangsa Indonesia. Syaratnya hanya 1 kok butuh teladan. Yg dikatakan Bang Ojol di ILC selasa kemarin itu 100% benar. Daripada mengarahkan rakyat untuk menyumbang ke rekening pemerintah, lebih baik buat kebijakan 1 Keluarga Kaya menanggung kebutuhan makan selama isolasi minimal 1 Keluarga Miskin terdekatnya. Pak RT tahu banget kok data-data ini. Iya kalau ada uangnya ? Hukum sunnatullah pareto mengatakan 20% orang menguasasi 80% harta yg ada di RT tersebut. Buktinya apa ? Ketika pembangunan masjid, ada yg menyumbang 250juta untuk pembebasan lahan dan 300juta untuk tukang & pembelian bahan bangunan. Yakinlah untuk bertahan 3 bulan Insya Allah cukup. Syaratnya apa ? Solidaritas & Gotong Royong.

gambar 5

Gambar 3 Solidaritas Pedagang Kaki Lima dari Komunitas Karyawan Swasta Jakarta Selatan

gambar 4

Gambar 4 Solidaritas komunitas salah satu IA ITB

Lalu bagaimana dengan kegiatan industri yg tidak beroperasi ? Bayangkan Donald Trump saja harus memberikan stimulasi 34.000 Trilyun utk korporasi di masa krisis, gimana tuh ? Jika isolasi total dilakukan secara serempak, maka impact-nya yaitu ekonomi nasional akan terjun bebas. Maka isolasi total harus dilakukan secara lokal minimal di Zona Merah Utama yaitu 20% area yg mempengaruhi 80% kasus positif, misal Jabodetabek. Nanti toko-toko tutup dong ? Industri retail tetap harus berjalan melalui platform e-commerce. Jadi hanya 3 industri utama yg boleh beroperasi dengan standar ketat (karyawannya pakai perlengkapan sejenis APD) : Logistik Pengiriman Barang, Supermarket, & Apotek.

*GRAFIK 19 FEB – 17 AGUSTUS*
Inilah masa-masa kritis. Tanggal 27 Maret – 7 April sangat menentukan apakah skenario yg terjadi di Indonesia Worst Case (70.000 kasus positif atau 5.600 orang meninggal saat lebaran nanti), Medium Case (7.500 kasus positif), atau Optimist Case (2.000 kasus positif). Cita-cita Optimist Case bisa dikatakan mustahil kecuali ada keajaiban dari Allah. Yg paling masuk akal adalah Medium Case atau Worst Case.

gambar 2

Gambar 5 Simulasi Positif Covid19 19 Feb – 17 Agustus 2020

Sumber : Dosen ITB

Sayangnya puluhan ribu orang jakarta sudah pada mudik, gimana ? Inilah akibatnya karena pemerintah telat dalam mengambil kebijakan. Beda cerita jika dari pertama kali pengumuman Covid19 langsung isolasi total jakarta, kemungkinan pemudik tersebut negatif Covid19 sangat besar. Untuk saat ini, jangan salahkan pemudik karena masalah ini dilematis bagi mereka. Kalau tetap di jakarta maka tidak bisa makan karena tidak ada penghasilan makanya memutuskan pulang kampung karena masih ada sawah untuk bercocok tanam. Pemerintah daerah harus segera mengisolasi mereka seperti yg sudah dilakukan Pemkab Sumedang begitu ada 1800 pemudik dan 1 orang positif Covid19.

*GERAKAN SOLIDARITAS COVID19 (GSC)*
Rakyat harus bergerak. 10 hari ke depan sangat menentukan apakah kita akan Worst Case atau Medium Case.

Mari kita buat Gerakan Solidaritas Covid19 (GSC). Gerakan ini Mengetuk Pintu Langit & Pintu Hati.

*A. Gerakan Mengetuk Pintu Langit*
Untuk muslim :
– Shalat tahajud di rumah masing-masing. Bangunkan orang terdekat, saudara, atau teman semuhrim
– Membaca sayyidul istighfar & taubatan nasuha
– Mendoakan agar wabah corona segera berhenti
– Mendoakan agar rakyat, pemimpin, & petugas medis yg memperjuangkan umat diberikan kesehatan & keselamatan
– Mendoakan pemimpin yg egois agar diberikan hidayah & jika tidak bertaubat agar diberikan azab

Untuk nonmuslim bisa berdoa lewat tata cara ibadah masing-masing

*B. Gerakan Mengetuk Pintu Hati*
– Dilakukan di masing-masing RT RW Zona Merah yg terkena dampak Covid19
– 1 Keluarga yg kelebihan harta menanggung makan 1 atau lebih keluarga yg kekurangan harta
– Semua warga WAJIB berada di rumah masing tanpa terkecuali untuk mencegah meluasnya wabah
– Semua warga TIDAK BOLEH KELUAR RUMAH kecuali ada kepentingan yg sangat mendesak.

Tidak ada kata telat bagi kita mengadakan Gerakan Mengetuk Pintu Langit & Pintu Hati, 1 keluarga kaya menanggung 1 tetangga keluarga tidak mampu sampai maksimal 7 April. Berharap pada pemerintah ? Tidak perlu tunggu-tungguan, lebih baik rakyat yg inisiatif sendiri & sebaiknya koordinasi dengan Ketua RT sbg tetangga terdekat. Harapannya akan mengurangi para pemudik pulang kampung.

Sekarang pilihannya hanya 2 : Membiarkan kejadian Italia terulang di Indonesia dengan membiarkan para pemudik pulang kampung atau menyelamatkan sesama anak bangsa Indonesia. Mari kita gunakan hati nurani kita

gambar 6

Gambar 6 Dampak negati Covid19 di Italia

#PenggerakKebaikanCovid19

Eksekusi ? Why Not !

Beberapa waktu yg lalu saya berkesempatan untuk berkunjung ke negara Tetangga, Singapura. Kesan pertama saya adalah kagum dan sepanjang perjalanan terus bertanya-tanya mengapa bisa seperti ini. Kalau dibandingkan dengan Indonesia tentunya masih sangat jauh tingkat kebersihan dan kedisiplinannya.

Di sepanjang perjalanan, saya dapat dengan mudah menemui tempat sampah dan orang yg membuang sampah di tempat sampah. Beberapa kali saya menemukan dengan mudahnya orang membuang sampah di tempat sampah. Hal ini sangat berbeda dengan di negara saya. Beberapa kali saat mengendarai mobil, saya bahkan menemukan sampah terbang dari mobil.

Semua orang bahkan orang Indonesia sekalipun tentunya sepakat bahwa membuang sampah di tempat sampah adalah hal yg baik sementara membuang sampah di jalan adalah tidak baik. Namun, masih banyak yg enggan melakukan kebaikan dan justru melakukan kejelekan. Lalu mengapa ?

Pengaruh penjajahan
Dalam psikologi manusia, setiap hal yg dipikirkan akan menjadi tindakan. Setiap tindakan yang dilakukan berulang-ulang akan menjadi kebiasaan. Setiap kebiasaan menahun akan menjadi karakter. Karakter beraneka macam orang yang berkumpul dalam suatu masyarakat atau negara akan menjadi budaya. Yah, nampaknya hal ini sudah menjadi budaya bangsa Indonesia.

350 tahun dijajah oleh Belanda nampaknya sangat mempengaruhi pola pikir dan budaya bangsa Indonesia. Lalu apa hubungannya antara penjajahan dengan budaya disiplin, bersih, tertib, & rapi ? Dalam kondisi terjajah, pendahulu kita terbiasa diatur. Dikasih makan seadanya bahkan jarang makan, bahkan minum pun terbatas, hidup penuh tekanan, alhasil pola pikir kurang berkembang. Jangankan memikirkan hidup bersih, rapi, disiplin, untuk makan dan minum pun masih susah. Berbeda dengan penjajah, penjajah perlu displin, rapi, bersih, dan teratur jika ingin menjajah. Bagaimana mau menjajah dan mengatur yg dijajah jika tidak teratur.

Bukankah Indonesia sudah merdeka sejak tahun 1945 ? Betul, Indonesia memang sudah merdeka, tetapi kebiasaan yg turun-temurun selama 350 tahun sudah membudaya tidak akan bisa hilang seketika. Memang ada para pahlawan seperti Tjokroaminoto, Soekarno, Hatta, Ki Bagus Hadikusumo, KH Ahmad Dahlan, KH Wahid Hasyim yang menginspirasi perubahan, tetapi kita perlu ingat bahwa mereka adalah inspirator dalam melawan penjajahan.

Pendidikan Ujung Tombak Perbaikan
Lantas tidak adakah cara untuk memperbaiki keadaan tersebut ? Tentu saja ada, yaitu melalui pendidikan baik pendidikan sekolah maupun keluarga. Keduanya memiliki pengaruh siginifikan. Agar nilai-nilai kebaikan bisa tereksekusi dalam amal nyata, perlu prakte keteladanan. Praktek keteladanan merupakan bentuk pendidikan yg paling efektif selain menanamkan teori-teori. Idealnya porsi teori dan praktek harus seimbang 50%:50%, bahkan praktek dan eksekusi nyata malah lebih banyak dibutuhkan saat seseorang melalui jenjang pendidikan formal. Lingkungan kerja akan cenderung melihat eksekusi nyata dan hasilnya dibandingkan teori-teorinya.

Sayangnya porsi pendidikan formal kita (selain kejuruan) masih menitik beratkan pada teori. Alhasil ketika dihadapkan pada masalah-masalah dan tantangan di kehidupan pekerjaan, tidak bisa terselesaikan dengan baik. Sekolah lebih sering mengajari tentang apa, bukan bagaimana. Sekolah lebih banyak mengajari untuk berpikir daripada melakukan. Sekolah mengajarkan teori tentang pencairan atau penyubliman, tetapi tidak mengajarkan praktek langsung pencairan itu seperti apa dan penyubliman itu seperti apa. Celakanya ini diterapkan selama 12 tahun sejak SD, SMP, & SMA sehingga akhirnya menjadi karakter dan budaya. Akhirnya yg sudah tahu baik tetapi tidak dilakukan, yang jelas-jelas tidak baik malah dilakukan.

Pendidikan Keluarga Menjadi Harapan
Bagi penulis yg bukan seorang guru formal ataupun berkecimpung di Diknas, tidak banyak yg bisa dilakukan selain menyeimbangkan antara pendidikan teori dan praktek dengan memilihkan sekolah yg sevisi maupun menanamkan dalam pendidikan anak di rumah. Pastinya sudah ada sekolah yg sadar dengan kenyataan bahwa nyatanya seorang anak kelak akan banyak dihadapkan dengan bagaimana bukan apa sehingga mulai diberikan porsi lebih dengan praktek dan berinteraksi dengan alam.

Keluarga perlu mengenalkan kepada anak sejak dini dengan praktek dan dunia nyata. Apalagi tantangan jaman now juga sangat besar dengan dunia digitalnya. Jangankan mengenalkan ilmu eksekusi pada anak, para orang tua sendiri pun tersihir oleh ilmu teori digital melalui youtube atau google alih-alih untuk mengkaji langsung dari guru maupun alam.

Keluarga hendaknya mengajarkan teori dan praktek secara seimbang. Ketika mengenalkan jenis-jenis binatang di youtube, hendaknya diimbangi dengan mengenalkan praktek pada anak. Ketika menjelaskan bahwa membuang sampah di tempat sampah itu baik, orang tua pun perlu mencontohkan dan menyuruh secara langsung untuk membuang sampah di TPS maupun tong sampah. Ketika orang tua mengajarkan bahwa main gadget terlalu sering itu tidak baik maka ada batasan jam gadget di rumah 🙂

Memang tidak mudah merubah Indonesia menjadi lebih baik. Indonesia memang tidak perlu diubah. Indonesia yg berubah menjadi lebih baik hanyalah akibat. Sebabnya adalah merubah diri kita yang jauh lebih penting dan sangat perlu diprioritaskan. Niscaya orang-orang di sekitar kita akan mengikuti.

#30harinonstopwriting
#pendidikan

Menjadi Presiden RI (Republik Individu)-Edisi 10 kali Tes SIM

Stop-Suap

Pemilihan presiden telah 6 bulan berakhir. Sesuai hasil yang dirilis KPU, pasangan Jokowi-JK unggul dibandingkan pasangan Prabowo-Hatta. Lima tahun adalah masa Presiden Jokowi mengemban amanah dan memenuhi janji-janji memperbaiki Indonesia selama kampanye.

Pertempuran dalam rangka memilih Presiden RI mau tidak mau memang harus terjadi. Kendatipun kedua pasangan memiliki tujuan yang sama yaitu memajukan Indonesia melalui slogan-slogan masing-masing yaitu “Indonesia Hebat” maupun “Indonesia kuat”, misi yang ditempuh berbeda-beda. Makanya kemudian ada pemilihan presiden karena kedua belah memiliki pandangan yang berbeda tentang cara memperbaiki dan memajukan Indonesia.

Lantas, apakah memajukan Indonesia harus menjadi seorang Presiden ? Jawabannya tentu saja tidak. Sebagai rakyat jelata pun seharusnya kita punya keinginan untuk memperbaiki Indonesia. Tentu sesuai dengan kemampuan masing-masing. Seorang pengusaha mungkin bisa dengan tidak memanipulasi pajak sehingga pajak yang dibayarkan kepada negara bisa digunakan untuk pembangunan. Seorang guru bisa mendidik siswa/i melalui keteladanan sehingga dihasilkan manusia-manusia yang cerdas secara intelektual maupun tingkah laku. Aparat penegak hukum menegakkan hukum tanpa pandang bulu apakah pejabat atau rakyat biasa.

Lalu, jika kita tetap tidak merasa tidak mampu memperbaiki Indonesia, apa yang harus kita lakukan ? Minimal kita tidak menambah rusak bangsa Indonesia. Jika kita diberikan pilihan melakukan 100 kebaikan dan kita tidak sanggup, maka jangan tinggal 100 kebaikan tersebut tetapi pilihlah salah satu yang kita mampu. Contohnya adalah mendapatkan Surat Ijin Mengemudi (SIM) tidak melalui ‘jalur belakang’.

Saya pernah ikut tes sampai 10 kali sampai akhirnya berhasil mendapatkan SIM C dan SIM A dengan rincian tes teori sebanyak 3 kali kemudian tes praktek SIM C 4 kali serta tes praktek SIM A 3 kali. Dan biaya yang dikeluarkan ternyata hanya Rp 100 ribu untuk SIM C dan Rp 120 ribu untuk SIM A, jauh lebih murah dibandingkan melalui perantara yang bisa mencapai 3-4 kalinya. Sampai-sampai kepala bagian pembuatan SIM Polda Magelang bilang “Hebat dan tabah sekali ya ikut tes praktek. Bagus-bagus. Kamu yang kemarin sore itu latihan tes di samping tha”. Ada juga salah satu polisi yang ternyata saya baru ngeh kalau dia adalah tetangga saya sendiri yaitu Pak Agung bilang “Kamu kok sabar banget ya ikut tes sampai berkali-kali”. Saya saya senyum sembari menimpali “Lha wong Pak Angga, salah seorang polisi yang terus menyemangati saya untuk tes SIM tanpa ‘jalur belakang’, ngajari hal-hal yang harus disiapkan supaya lulus tes kok Pak” 🙂

Saya yakin setiap polisi pada dasarnya punya niat yang baik. Saya yakin mereka mau memperbaiki diri dan mau mendukung orang-orang yang berbuat baik. Adapun sebagian orang yang menjelek-jelekkan kepolisian menurut saya pribadi adalah orang-orang yang tidak optimis bahwa kepolisian sudah rusak dan tidak menjadi baik. Mereka berpandangan demikian karena memang sudah sedemikian parahnya kepolisian. Wajar juga sih, Saya juga pernah punya pengalaman dari seorang teman yang mengurusi kasus penggelapan uang di perusahaan tempat dia bekerja senilai sekitar 80 juta, eh ternyata pihak kepolisian minta 50% atau sekitar 40 juta. Setelah dinego akhirnya pihak kepolisian bersedia mendapatkan 30% saja atau 24 juta. Bahkan sang lawyer yang ditanya oleh teman saya tersebut sampai berkata,”Yah, beginilah cara untuk berperkara di kepolisian”. Kita sebagai warga negara yang baik, yang bukan anggota kepolisian, sudah seyogyanya yakin dan optimis bahwa kepolisian bisa menjadi baik seburuk apapun citra kepolisian di mata masyarakat.

Berikut-berikut tips-tips agar bisa lolos tes SIM :
1. Persiapkan bahan untuk dipelajari dalam tes teori SIM
Dalam tes teori SIM baik SIM A maupun SIM C ada 30 soal yang diujikan. Peserta tes harus menjawab benar minimal 21 soal atau 70. Soal-soal yang diujikan meliputi soal tentang cara berkendara di jalan raya dengan mengikuti rambu-rambu lalu lintas maupun petunjuk polisi. Kita diminta untuk menjawab Benar atau Salah untuk setiap soalnya. Waktu yang diberikan pun hanya 30 menit untuk 30 soal. Peserta diwajibkan untuk menekan tombol benar atau salah dari setiap soal yang ditampilkan di layar.

Saya sampai mengikuti 3 kali karena ketinggalan tes saat ijin ke kamar kecil, tertipu oleh soal-soal yang menjebak sehingga hanya mendapatkan nilai 46,67, dan berhasil saat tes yang ketiga kalinya dengan nilai 76,67. Saat tes teori ini diikuti oleh 12 orang dan hanya 3 orang yang lolos dengan nilai minimal 70. (tertinggi kedua) Nilai tes sempat ditampilkan sekilas di layar. Saat hasilnya diprint, ternyata nilainya jadi berubah. Yang membuat aneh adalah saya hanya mendapatkan 70 dan peserta yang lolos menjadi 9 orang. Saya pun hanya bergumam, pantas saja ada ‘jalur belakang’ lha wong sistem penilaian saja tidak dikunci. Saya cuek saja, yang terpenting tidak ingin terbujuk oleh rayuan setan agar ikut lewat ‘jalur belakang’.

Contoh soal-soalnya bisa dipelajari dari link berikut :
http://perbanyakmembaca.blogspot.com/p/blog-page_9472.html
http://asze25.blogspot.com/
http://ujiansim-online.blogspot.com/2014/11/soal-tes-ujian-teori-sim-b-1-b-2-c.html
http://examsworld.us/soal-ujian-sim-dan-kunci-jawabannya.html

2. Tes Praktek SIM C
Tes praktek SIM C bisa dibilang sulit karena saya sampai 4 kali tes. Tes pertama gagal karena tidak diberi kesempatan untuk mencoba motor mengingat waktu yang terbatas karena pesertanya mencapai 9 orang dan tidak ada satupun peserta yang berhasil. Tes kedua saya dianggap gagal padahal saat tes tidak terjatuh, usut punya usut ternyata ban depan motor menyerempet garis yang tidak terlihat. Kemudian tes yang ketiga gagal karena motor memang tidak akan bisa digunakan untuk melewati rintangan berdasarkan penuturan polisi. Saya baru ngeh karena polisi ternyata tidak memberikan contoh dan dengan jujurnya mengakui bahwa dirinya juga tidak akan lulus tes menggunakan motor yang saya kendarai. Dan tes keempat alhamdulillah berhasil setelah sore hari sebelumnya saya latihan didampingi adik. Mungkin karena merasa kasihan dengan saya, pak polisinya juga memberikan tips agar berhasil melewati rintangan yaitu saat berputar jangan menambah gas 🙂

Track untuk tes praktek SIM C bisa dilihat dalam link :

3. Tes Praktek SIM A
Karena berhasil lolos tes praktek SIM C, akhirnya saya menawarkan diri untuk langsung tes SIM A. Dan ternyata tes prakteknya jauh lebih sulit dibandingkan tes SIM C. Tes praktek sim A meliputi :
– Tes berjalan maju
– Tes berjalan mundur
– Tes zig-zag maju dengan jarak antar patok panjang mobil ditambah 1 meter
– Tes zig-zag maju dengan jarak antar patok panjang mobil ditambah 1 meter
– Tes naik turun tanjakan lengkap dengan rambu-rambunya
– Tes parkir maju
– Tes parkir mundur
– Tes parkir di bahu jalan dengan panjang patok panjang mobil ditambah 1 meter.

Track yang harus dilewati dalam tes praktek SIM A bisa dilihat dalam link berikut :

Dan saya harus tes sampai 3 kali alhamdulillah baru berhasil. Tes pertama gagal saat zig-zag maju, tes kedua gagal saat zig-zag mundur, dan tes ketiga alhamdulillah berhasil walaupun sempat ada perdebatan di antara 2 polisi yang mengetes. Saat tes yang ketiga dan tinggal melewati 2 patok terakhir, polisi pertama yang jauh dari mobil meminta belok sementara polisi yang menemani saya di mobil meminta untuk lurus. Alhasil polisi pertama menyatakan tidak lulus. Karena merasa instruksi tidak jelas, saya protes dan akhirnya diluluskan. 🙂

Akhirnya saya mendapatkan SIM A dan C setelah perjuangan 10 kali tes. Anugerah tambahan lagi, saya mendapatkan kenalan alumni UGM yang bekerja di Enseval dan banyak ngobrol soal pekerjaan yang kebetulan berkaitan dengan bidang distribusi yang saat ini saya geluti. Alhamdulillah.

Dari perjuangan 10 kali tes SIM tersebut, saya mendapatkan banyak pelajaran berharga di antaranya :
– Lebih mengetahui peraturan rambu-rambu lalu lintas sehingga menjadi lebih berhati-hati di jalan dibandingkan sebelum ikut tes.
– Mengetahui kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki.
– Biaya lebih murah karena untuk pembuatan SIM A dan C normalnya membutuhkan 1 juta tetapi saya hanya menghabiskan biaya 220 ribu.
– Mendapatkan kenalan teman yang bekerja di Enseval
– Ikut memajukan bangsa Indonesia minimal dari hal yang sederhana yaitu tidak menambah rusak kepolisian
– Melatih kesabaran yang sangat ekstra karena sempat 3 kali dikerjain. Kesabaran dan saling memahami merupakan kunci keselamatan utama berkendara di jalan raya. Terbukti walaupun ada yang mempermainkan saya tetapi ada seorang polisi yang mendukung saya yaitu Pak Angga. Saya doakan semoga Pak Angga menjadi Kapolres Magelang yang berintegritas.
– Puas karena SIM yang saya peroleh adalah hasil kerja keras.
– Tenang jika di akhirat nanti ditanya oleh malaikat munkar dan nakir karena menolak untuk membuat SIM lewat ‘jalur belakang’. Hehe…

Walaupun harus bersusah payah, ya memang seperti itulah jalan menuju perbaikan selalu penuh onak dan duri. Tidak ringan tetapi jika berhasil mengatasinya maka rasanya nikmat dan puas sekali. Seburuk apapun citra kepolisian di mata masyarakat, kita jangan sampai ikut terpancing dan tidak boleh pesimis bahwa kepolisian akan menjadi lebih baik. Sebagai rakyat biasa, kita harus tetap optimis untuk masa depan kepolisian dan Indonesia yang lebih baik. Semoga kelak Kepolisian Republik Indonesia diisi oleh pejabat-pejabat yang berintegritas. Aamiin. Save Polri !!!

# Berdo’a semoga kelak memiliki anak yang menjadi polisi dan menjadi teladan banyak orang

Semangat Perbaikan I : Khasiat mematikan lampu saat tidur

(Kembali menghidupkan blog yang sudah 3-4 tahun mati)

“Padamkanlah lampu di malam hari apabila kamu akan tidur, tutuplah pintu, tutuplah rapat-rapat bejana-bejana dan tutuplah makanan dan minuman” (HR.Muttafaq’alaih).

Rasulullah mensabdakan itu lebih dari 14 abad yang lalu. Ternyata, di abad modern ini baru diketahui manfaat medis dari tuntunan Rasulullah untuk memadamkan lampu ketika hendak tidur.

Seperti ditulis Ustadz Yusuf Mansur, ahli biologi Joan Robert mengungkapkan bahwa tubuh baru bisa memproduksi hormon melatonin ketika tidak ada cahaya. Hormon melatonin ini adalah salah satu hormon kekebalan tubuh yang mampu memerangi dan mencegah berbagai penyakit, termasuk kanker payudara dan kanker prostat. Orang yang tidur dalam kondisi gelap, maka tubuhnya bisa memproduksi hormon ini.

Sebaliknya, tidur dengan lampu menyala di malam hari, sekecil apapun sinarnya menyebabkan produksi hormon melatonin terhenti..

Pentingnya tidur di malam hari dengan mematikan lampu juga diteliti oleh para ilmuwan dari Inggris. Peneliti menemukan bahwa ketika cahaya dihidupkan pada malam hari, bisa memicu ekpresi berlebihan dari sel-sel yang dikaitkan dengan pembentukan sel kanker.

Sebuah konferensi tentang anak penderita leukimia yang diadakan di London juga menyatakan bahwa orang bisa menderita kanker akibat terlalu lama memakai lampu waktu tidur di malam hari dibandingkan dengan yang tidak pernah memakai lampu waktu tidur.

Subhanallah… demikian luar biasa tuntunan Rasulullah. Setelah berabad-abad, hikmah medisnya baru terugkap. Wallahu a’lam bish shawab. [Sumber: Fan page ustad Yusuf Mansyur]

Membangun Bangsa Melalui Keluarga Sadar Arsip

Pengantar

Arsip memiliki banyak nilai guna dan peran dalam kehidupan. Arsip berupa akte kelahiran biasa digunakan untuk mengurus kartu keluarga atau pendaftaran siswa baru. Contoh lain dari peran arsip dalam ruang lingkup yang lebih besar adalah sengketa antara Pemda Cilacap dengan Pemda Kebumen menyangkut status Tanah Timbul di Alur Sungai Bodho. Sengketa wilayah mengemuka saat munculnya rencana Pemda Kebumen membangun pelabuhan ikan di Sungai Bodho yang berdekatan dengan Objek Wisata Pantai Logending Kebumen. Rencana tersebut terpaksa dibatalkan karena di tempat itu telah berdiri Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Jetis yang dibangun Pemda Cilacap. Tanah timbul di alur Sungai Bodho telah bertahun-tahun diklaim sebagai Wilayah Cilacap. Sengketa tersebut akhirnya terselesaikan  berkat bantuan peta buatan Belanda tahun 1931 yang disimpan oleh Kodam IV Diponegoro yang menunjukkan Tanah Timbul tersebut adalah milik Pemda Kebumen dan dulunya terpisah dari daerah Cilacap. Saat terjadi sengketa, tanah tersebut menyatu dengan daerah Cilacap sehingga diklaim milik Pemda Cilacap  (Kedaulatan Rakyat, 20 Juni 2002). Mengingat pentingnya nilai guna dan peran arsip tersebut, maka budaya membuat arsip harus ditanamkan sejak kecil mulai dari lingkungan keluarga.

Suatu hari penulis bertanya kepada kedua orang tua tentang tanggal lahir mereka ketika mengisi formulir pendaftaran siswa baru SMP. Mereka pun spontan menjawab Bapak lahir tahun 1955 dan Ibu lahir tahun 1965, sementara tanggal dan bulannya mereka tidak mengetahui. Mereka tidak mengetahuinya karena kakek dan nenek penulis tidak pernah membuatkan akte kelahiran ataupun surat lahir. Kemudian penulis bertanya lagi apakah mereka masih menyimpan ijazah kelulusan sekolah. Mereka pun mengatakan tidak menyimpannya.

Akan tetapi, penulis kemudian menjumpai hal yang berbeda pada kedua orang tua penulis dibanding kakek dan nenek penulis. Nomor, tanggal, bulan, dan tahun penulis maupun adik-adik penulis tertulis di pintu bagian dalam kamar penulis. Ayah dan Ibu juga menyuruh untuk selalu menyimpan buku-buku sekolah dan kertas-kertas hasil ujian. Bahkan, beberapa kitab kuning Ayah ketika mengaji di pesantren juga masih tersimpan di kamar penulis. Alhasil, kebiasaan Ayah menyimpan berkas-berkas menjadi kebiasaan yang rutin dilakukan penulis hingga saat ini.

Hal di atas merupakan contoh bahwa lingkungan keluarga sangat mempengaruhi pembentukan karakter individu yang sadar arsip.   Penanaman arti penting arsip dapat dimulai dari lingkungan keluarga karena keluarga merupakan tiang pokok masyarakat yang menyusun sebuah bangsa. Baik buruknya bangsa ditentukan oleh bagaimana karakter keluarga-keluarga penyusunnya. Bangsa yang peduli dengan kearsipan berarti kumpulan keluarganya peduli terhadap kearsipan pula. Dalam pembentukan karakter bangsa yang peduli arsip, keluarga merupakan lingkungan yang sangat berpotensi karena antaranggota keluarganya cukup sering berinteraksi.

Pembentukan karakter individu yang sadar arsip dilakukan melalui dua metode yang saling menyokong yaitu keteladanan orang tua dan melalui kebiasaan. Teladan dari orang tua merupakan metode yang efektif. Perkembangan seorang anak pada awalnya adalah mencontoh apa yang dilakukan orang tuanya. Bahkan, pada tahap kehidupan anak selanjutnya ketika seorang anak menghadapi masalah tidak jarang dia meminta nasihat kepada orang tua. Aktivitas kearsipan di dalam keluarga harus dibiasakan secara terus menerus. Kebiasaan terus-menerus itulah yang akan menjadi karakter individu yang kelak ketika bertemu dengan karakter individu yang lain akan menjadi masyarakat dan bangsa.

Arsip Dalam Keluarga

Sebenarnya banyak yang bisa diarsipkan dalam keluarga. Mungkin yang biasa kita arsipkan adalah dokumen-dokumen yang memang sering dibutuhkan seperti ijazah, akte kelahiran, ataupun surat nikah  yang dipakai untuk mengurus kepentingan-kepentingan yang lain misalkan pembuatan kartu keluarga, pendaftaran siswa baru, asuransi kesehatan, atau jual beli tanah. Selain itu, hal-hal lain yang bisa diarsipkan antara lain catatan atau foto perkembangan anggota keluarga dari kecil hingga dewasa.

Perkembangan seorang anak perlu diarsipkan karena anak adalah investasi besar pembangunan dan tentu saja untuk kemanusiaan secara keseluruhan. Oleh karena itu, perencanaan yang baik terhadap anak-anak perlu dilakukan. Proses pelaksanaannya bisa dilakukan dalam sebuah map yang berisi seluruh masalah yang penting diperhatikan, seperti tanggal dan sejarah kelahiran anak, nomor kelahiran, jadwal pemberian obat dan makanan, surat keterangan dokter, keterangan atau catatan tentang kondisi sakit secara detail, ijazah anak-anak, dan catatan seputar prestasi anak-anak di sekolah.

Arsip kesehatan bisa memuat perkembangan kesehatan dari mulai saat lahir hingga ia dewasa, pola makan, dan penyakit yang diderita anak sejak lahir. Surat keterangan atau resep dokter yang memeriksa anak-anaknya dihimpun agar kelak jika mereka terkena penyakit yang sama, mereka dapat dibawa ke dokter yang mengobatinya. Surat resep dokter tersebut bisa saja dilengkapi dengan catatan kecil mengenai kondisi kesehatan dan lamanya meminum obat.

Aspek lain yang bisa diarsipkan antara lain bidang pendidikan. Prestasi seorang anak perlu diarsipkan untuk mengetahui bagaimana perkembangan anak dalam bidang pendidikan. Dengan data yang dimiliki tersebut bisa diketahui kelebihan maupun kekurangan anak. Dengan melihat arsip tentang kebiasaan anak, orang tua juga bisa memberikan masukan tentang gaya belajar yang cocok bagi anak. Misalkan saja seorang anak dengan tipe belajar kinestetik harus diarahkan untuk lebih sering mencatat ketika di kelas, anak dengan tipe auditorial bisa diarahkan untuk belajar sembari menggunakan music atau menyanyi, dan anak dengan tipe belajar visual bisa diarahkan dengan gaya membaca dan warna. Pelajaran dengan nilai yang baik maupun yang jelek bisa dipantau sehingga dalam menentukan masa depan pendidikan anak bisa melihat potensi dan kemampuan anak sehingga prestasi akademik bisa optimal. Misalkan saja seorang anak dengan kemampuan matematika dan ilmu pengetahuan alam yang tinggi bisa diarahkan ke dalam bidang kehidupan yang dominan membutuhkan kedua pengetahuan tersebut.

Pengarsipan perkembangan anak oleh orang tua selain bermanfaat bagi orang tua dalam rangka memberikan perhatian kepada anak juga untuk memberikan pembelajaran kearsipan kepadanya. Dengan begitu, dia akan merasa bahwa orang tuanya memperhatikan dia. Ketika anak menginjak remaja atau dewasa, dia bisa belajar menghargai orang lain juga. Pengarsipan diri anak dalam jangka waktu yang lama misalkan dari SD sampai SMP diharapkan juga menjadikan anak bersifat terbuka terhadap saran dan kritik kelak ketika dewasa. Ketika anak menginjak masa-masa SMA atau kuliah, anak juga akan berpikir bahwa orang tua memandang serius terhadap kearsipan sehingga diharapkan kelak anak juga akan melakukannya.

Pembelajaran tentang kearsipan juga bisa dilakukan dengan cara mendidik anak untuk menulis pengalaman yang dia alami sehari-hari. Pendidikan arsip tidak dilakukan secara paksa tetapi dengan membuat anak menyenanginya. Kemudian, anak diarahkan untuk mengubah kesenangan tadi menjadi karya nyata. Dengan melakukannya secara terus-menerus akan terbentuk kebiasaan dalam mengarsipkan hal-hal  tertentu. Kebiasaan itulah yang kelak akan menjadi karakter mencintai arsip ketika kelak dia dewasa baik dalam ruang lingkup yang kecil sampai ruang lingkup masyarakat dan bangsa.

Penutup

Membangun budaya mencintai arsip membutuhkan usaha yang terus-menerus. Budaya itu bisa dimulai dengan kebiasaan mengarsipkan diri sendiri dalam bentuk arsip tekstual  (tulisan) maupun arsip non-tekstual (film, foto, denah, peta, dan lain-lain). Lingkungan yang berpotensi untuk membangun budaya tersebut adalah lingkungan keluarga. Kebiasaan mengarsipkan kejadian sehari-hari tersebut harus dilakukan secara terus-menerus sehingga lama-kelamaan akan menjadi kebiasaan dan kemudian menjadi karakter. Apabila karakter tersebut telah terpatri dalam setiap individu dalam keluarga, budaya pengarsipan dalam ruang lingkup yang lebih besar seperti masyarakat dan bangsa akan terbentuk.

Daftar Rujukan

Anis Matta, Muhammad. 2003. Model Manusia Muslim: Pesona Abad ke-21. Bandung: Asy-Syaamil.

Basuki, Ari. 2008. Eksplorasi Arsip Untuk Transfer Pengetahuan dan Penelitian Bagi Masyarakat. Yogyakarta: Buletin Kearsipan “Khazanah” Volume I No 1, September 2008.

Lili Nur Aulia, Muhammad. 2007. Cinta di Rumah Hasan Al Banna. Jakarta: Pustaka Da’watuna.

Zaenuddin. 2009. Membangun Budaya Arsip Demi Menjaga Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Yogyakarta: UGM Archieves, 11 Juni 2009.

PERAN XL DALAM MENINGKATKAN KUALITAS GURU DI DAERAH PEDALAMAN

Dentuman bom mengguncang dua pelosok kota negeri Sakura. Setelah bom atom dijatuhkan oleh tentara sekutu hingga membuat kedua kota itu luluh lantak, Sang Kaisar Jepang, Hirohito, dengan penuh kekhawatiran langsung bertanya pada pusat informasi. Tahukah Anda apa yang dia tanyakan? Ternyata Sang Kaisar bukan menanyakan berapa jumlah tentara, tank, kapal tempur, pesawat tempur yang ada atau jumlah daerah kekuasaan Jepang yang masih tersisa. Yang dia tanyakan adalah berapa jumlah guru yang masih hidup?

Luar biasa! Begitu fahamnya pemahaman Sang Kaisar tentang arti penting seorang guru. Sang Kaisar tidak putus asa negerinya luluh lantak karena banyak guru yang masih hidup. Alhasil, Jepang kembali bangkit dari keterpurukan dan tidak lama kemudian menjadi negara maju dengan mengoptimalkan peran para guru.

Arti penting guru

Guru menjadi ujung tombak dalam proses pendidikan di sekolah. Proses transfer ilmu dilakukan dengan keberadaan seorang guru. Selain itu, guru juga berperan dalam memberi semangat kepada anak didiknya untuk terus belajar. Kegiatan belajar mengajar dapat diselenggarakan dengan keberadaan seorang guru kendatipun tidak ada gedung sekolah. Akan tetapi, kegiatan belajar mengajar tidak akan terselenggara tanpa seorang guru kendatipun tersedia gedung sekolah yang megah. Hal inilah yang menjadi landasan pikiran Ho Chi Min (Bapak Pendidikan Vietnam) bahwa No Teacher, No Education. No Education, No  Economic and Social Development.

Begitu besarnya peran seorang guru, tanpanya proses pembelajaran bangsa tidak akan dapat berjalan. Proses pembentukan karakter individu sebagai bahan dasar sebuah bangsa juga dilakukan oleh seorang guru. Guru juga menjadi penyambung sejarah perjuangan bangsa. Perjuangan heroik para pejuang bangsa dapat diterima generasi muda bangsa salah satunya lewat pendidikan oleh guru di sekolah.

Guru di Daerah Pedalaman

Banyak sekolah memiliki guru yang selalu bersemangat mengajar bahkan tidak pernah absen mengajar serta jumlahnya banyak. Hal tersebut hanya terdapat di daerah perkotaan dan sekitarnya dengan akses informasi dan transportasi yang relatif mudah. Akan tetapi, hal tersebut tidak berlaku di daerah pedalaman. Contohnya seperti yang terjadi di Kabupaten Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur. Tiga puluh (30) dari 338 sekolah dasar (SD) di kabupaten tersebut hanya mengandalkan seorang guru tiap sekolahnya. Seorang guru tersebut merangkap sebagai kepala sekolah, guru kelas, dan guru mata pelajaran. Sekolah tersebut terpaksa meminta bantuan para guru yang telah pensiun untuk mengajar kembali di sekolah-sekolah tersebut. Fenomena tersebut juga terjadi di SD Negeri di wilayah pedalaman dusun Gun Jemak di daerah tapal batas Kalimantan Barat-Sarawak (Malaysia). Sekolah tersebut hanya memiliki seorang guru yang bernama Joni. Joni sempat 3,5 tahun mengajar murid dari kelas satu sampai enam sendirian saja, tanpa ada guru lain yang membantunya. Ia mengajar murid-murinya dengan cara menggabungkan enam kelas ke dalam tiga ruang kelas. Untuk kelas satu digabung dengan kelas dua, kelas tiga digabung dengan kelas empat, dan kelas lima dengan kelas enam.

Fenomena lain juga terjadi di SD Negeri 63 Toho Paloh, Desa Rasan, Kecamatan Ngabang, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat.  Sekolah ini sering libur karena tidak ada satupun guru yang datang mengajar. Padahal, menurut catatan yang ada di sekolah itu, ada enam guru yang bertugas di sana. Dua di antaranya pegawai negeri (PNS), sedangkan empat lainnya sebagai guru honorer. Guru-guru yang mengajar di Toho Paloh itu umumnya tinggal di Ngabang, ibu kota Kabupaten Landak. Awalnya ada guru PNS yang mau tinggal di dekat sekolah, tetapi kemudian mereka memilih tinggal di Ngabang sehingga pelajaran menjadi tidak rutin.

Ada beberapa persoalan yang menyebabkan berbagai persoalan di atas. Persoalan tersebut disebabkan karena faktor eksternal maupun internal. Factor eksternal yang banyak dikeluhkan oleh guru yang enggan mengajar antara lain lokasi terpencil dengan jalan yang masih belum beraspal. Tidak jarang jika musim penghujan banyak dari guru yang jatuh dari sepeda motor karena jalan yang teramat sulit dan licin. Sebagian besar SD yang ada di pedalaman terletak di daerah terpencil yang sangat sulit dicapai dengan minimnya akses menuju sekolah dan tidak adanya sarana transportasi yang dapat mencapai sekolah. Sebagai contoh adalah SDN 63 Toho Paloh. Toho Paloh dan ibu kota Ngabang berjarak sekitar 80 km. Waktu tempuh yang diperlukan sekitar tiga jam karena kondisi jalan buruk. Selepas jalan aspal dan berbatu pada 15 kilometer pertama dari Ngabang, jalan tanah dan berlumpur adalah satu-satunya akses menuju Toho Paloh dan beberapa dusun lain di Desa Rasan. Contoh lain adalah SDN 2 Sendang yang terletak di dusun ngantup Desa Nyawangan, Kecamatan Sendang, Tulungagung, Jawa Timur. SD ini terletak di daerah perkebunan karet dan terletak di puncak gunung. Untuk mencapai SD ini harus melewati jalan yang tajam dan berkelok-kelok dengan jarak tempuh sekitar 35 km dari wilayah Kota Tulungagung. Sementara itu, SD 16 di pedalaman Dusun Gun Jemak, Kabupaten Sanggau, Kalbar hanya bisa ditempuh menggunakan alat transportasi sungai seperti speed boat atau sampan, yang waktu tempuhnya delapan jam dari ibu kota Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau.

Sementara itu, faktor internal berasal dari guru itu sendiri. Banyak tenaga guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang enggan mengabdikan dirinya di daerah pedalaman. Hal itu disebabkan kebanyakan guru sudah kehilangan idealismenya sebagai seorang guru sejati. Kalau guru memiliki idealism tinggi, tanggung jawab dan komitmen sebagai seorang guru pasti akan berupaya semaksimal mungkin memajukan siswanya. Seorang guru punya idealism untuk memikirkan persoalan pendidikan yang selama ini menjadi suatu permasalahan serius di Indonesia. Guru-guru yang sudah diangkat menjadi PNS tinggal di kota dan jarang sekali mengajar dengan alasan akses jalan yang sulit dan minimnya transportasi untuk menjangkau daerah pedalaman tersebut.

Peran XL Dalam Meningkatkan Kualitas Guru di Daerah Pedalaman

Agar proses pendidikan di daerah dapat tetap berlangsung, kualitas guru di daerah pedalaman harus ditingkatkan. Kualitas guru tersebut meliputi kualitas pendidikan guru, kualitas (dan kuantitas) pendapatan, dan kualitas pengabdian guru. Hal ini bisa menjadi salah satu program Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan seperti XL baik oleh perusahaan secara mandiri maupun bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat. Dengan kepedulian XL terhadap pendidikan di daerah pedalaman, diharapkan pemerintah pusat dan pemerintah daerah juga terpanggil hatinya dan lebih serius lagi dalam mengemban amanah UUD’45 adalah memenuhi hak setiap warganya untuk mendapatkan pendidikan secara layak.

Hal yang bisa dilakukan antara lain dengan memberikan penghargaaan kepada guru-guru yang telah mengabdi di daerah terpencil atau pedalaman. Penghargaan ini diberikan dalam rangka memberikan semangat kepada guru-guru yang mengajar di daerah pedalaman. Mungkin salah satu kegiatan XL Award pada tahun-tahun mendatang adalah berupa penghargaan atas perjuangan dan pengorbanan guru-guru yang mengajar di daerah pedalaman. Secara psikologi, pemberian penghargaan ini akan memacu guru-guru di daerah pedalaman untuk semangat dalam mengajar. Semangat ini penting mengingat hal tersebut akan menular kepada anak didiknya. Hal ini juga sesuai dengan fitrah manusia yang pada dasarnya adalah menyukai penghargaan dan perhatian.

Selain itu, XL mungkin dapat membuat program percontohan dengan memfokuskan pada satu sekolah di suatu daerah pedalaman tertentu seperti Sekolah XL. Sekolah tersebut dilengkapi dengan fasilitas yang mempernudah guru dan murid dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Para guru juga diberikan pelatihan-pelatihan seperti motivasi mengajar dengan mengundang trainer-trainer. Dengan pelatihan ini diharapkan guru-guru menjadi lebih serius dalam mengemban amanah sebagai pendidik bangsa. Sekolah tersebut juga dilengkapi dengan rumah untuk guru sehingga mereka tidak perlu pulang pergi menempuh jarak puluhan kilometer. Sekolah XL tersebut juga harus memiliki satu orang guru atau kepala sekolah sebagai pelopor dan selalu semangat dalam mengajak guru-guru yang lain dalam mendidik generasi penerus bangsa.

Selama ini, sedikit sekali calon guru yang mau mengajar di daerah pedalaman karena gaji yang tidak mencukupi untuk biaya hidup sehari-hari. Seikhlas apapun seorang guru dalam mengajar bahkan tidak mendapat balasan, mereka juga membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dalam Sekolah XL tersebut, guru diberikan gaji yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari bersama keluarganya.

 

Referensi :

http://blog.unnes.ac.id/ikaluck

http://pendakigunung.wordpress.com

Saepudin, Aep. 2007. Guruku, Jangan Dipolitisi! Bandung: National Leadership Youth Forum 2007, Masjid Salman ITB.